SELAMAT TAHUN BARU, ISTRIKU
Tak perlu mengabarkan Azrail
Untuk menjemput sebuah kematian
Sebab Desember akan dengan tabah
Mengantarkan kepulangannya sendiri
Selamat tahun baru, istriku
Januari akan bertandang di dadamu
Ia akan menguncupkan segala luka masalalu
Dan merapal segala cinta di setiap tubuh kita
Dengan wajah bertudung mukenah
Dan tasbih mengitari jemari yang lentik
Kau juga mengantarkan Desember menemui Tuhan
Sementara hujan, masih menjadi bahasa duka
Kita tak perlu menghitung mundur kepergian
Sebab di tubuhmu, angka-angka itu abadi
Kadang memang tampak berantakan
Namun kau menyusunnya kembali menjadi kesetiaan
Selamat tahun baru, istriku
Gerimis menetes di lubuk batin
Meracau, seumpama camar yang kehausan
Seperti rinduku yang ramai tanpa debar dadamu
Desember kita akan berpulang dengan manis
Tak perlu risau kau menunggunya pergi
Doa-doamu akan selalu menjadi kehangatan
Bahkan untuk para pejalan yang kedinginan
Sumenep, 31 Desember 2022.
SUBUH PERTAMA DI JANUARI
Adzan menyelinap ke segala ruang rindu
Mendatangi satu-satu bisikan para pendoa
Mengabarkan kelahiran Januari, tanpa terompet Isrofil
Dingin meringkuk hening di balik jendela
Subuh ini kelihatannya sama,
Embun tetaplah berwujud kesetiaan
Yang mendampingi dedaunan hingga fajar bertandang
Lalu pergi mengasingkan diri, untuk kembali lagi di sunyi berikutnya
Subuh kali ini basah,
Tangis pendosa tumpah menyesali tahun kemarin
Air mata pejalan merindukan pintu menuju pulang
Sementara itu, mereka yang terlelap tetap saja kehausan
Tak ada hiruk pikuk di subuh ini
Kebisingan hanya diciptakan oleh hati
Obituarium hujan adalah kenangan
Tempat kita menyulam kembali luka lampau
Sumenep, 31 Desember 2022.
DESEMBER