Semut Hitam dan Penjual Roti

126 views

Dengan keenam kakinya, semut itu lari tergopoh-gopoh menghindari kematian. Dua ekor anaknya yang masih tersisa ia tuntun sebisa mungkin. Satu di antara dua anak semut itu kakinya telah patah. Langkahnya pun tertatih-tatih. Susah payah mereka menghindari langkah kaki manusia yang hilir mudik di depan toko. Saudara-saudaranya yang lain telah tewas tergilas empasan sapu lidi seorang karyawan toko roti yang baru bekerja.

Karyawan baru itu memang begitu trengginas menghalau sampah dan kawanan semut. Kabarnya karyawan lama dipecat karena tak becus mengusir kawanan semut itu. Sebagai tempat yang menjadi sumber pangan, selalu saja ratusan bahkan ribuan semut berduyun-duyun dari berbagai arah menuju ke toko itu. Binatang-binatang mungil itu mengais sisa-sisa roti yang tercecer di samping tong sampah atau sisa roti yang dimakan karyawan secara sembunyi-sembunyi.

Advertisements

Ketika telah berhasil melewati pagar dan masuk gorong-gorong bawah tanah, napas mereka terengah-engah. Seolah-olah tenggorokannya dicekik oleh sesuatu yang menyakitkan. Anak semut hitam yang patah kakinya itu pun tak sanggup lagi meneruskan perjalanan. Suasana gorong-gorong gelap itu terasa semakin mencekam. Andaikan manajer toko itu tidak berencana menyemprotkan obat semut, pasti semut-semut itu lebih memilih tetap tinggal di situ.

Sayang sekali, kepemimpinan toko yang telah berpindah tangan kepada manajer baru itu ternyata berimbas pada banyak hal. Tak ada lagi makan siang buat karyawan. Semut-semut yang biasanya dibiarkan bebas berkeliaran di area toko kini dikejar-kejar. Bahkan karyawan yang secara sembunyi-sembunyi melindungi semut-semut itu pun telah dipecat.

Karyawan baru yang trengginas itu telah bersiap menyemprotkan cairan obat semut setelah menyapu halaman. Kakinya yang jenjang mondar-mandir di halaman dan sudut-sudut toko sembari menyemprotkan obat. Dan di dalam gorong-gorong, ibu dari kedua semut itu telah demikian panik. Anaknya yang pertama terlalu lemah untuk ia ajak menggendong adiknya yang cedera.

Sementara itu bau obat semut itu semakin menusuk-nusuk hidungnya. Semut itu kemudian menyuruh anak pertamanya untuk segera pergi menyelamatkan diri. Dia sendiri merasa tak mungkin untuk meninggalkan buah hatinya sendirian dalam keadaan demikian. Seraya memohon datangnya pertolongan, ia selimutkan sesobek tisu untuk melindungi anaknya dari cairan mematikan itu.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan