SEPASANG MATA
Aku melihat matamu
Mengintai, memata-matai matanya
Yang tampak sumringah
Sedikit basah
Jam tangan menandakan pukul dua belas
Matamu tak kunjung dapat matanya
Lama, matamu menatap
Hingga lelah dan berbalik arah
Mataku berlinang, senang
Mataku dan sepasang matamu
Salah tingkah, sumringah
2023
BINGKAI KEHANGATAN
Secangkir teh tumpah, tercecer di bola matanya
Kulit kafan perawan menyerap
Melumer pada bulu rambutnya
Aku lelah dan terperangkap
Jemari cincin menandakan kesucian
Melepas daun pada kembang keheningan
Tangki bensin itu kosong,
Menanti isi dengan merebah
Rekam jemarinya pun tertangkap
Pada bingkai panorama, cinta
2023.
TANGIS TERAKHIR
(1)
Sejak lama,
Tetes tangis terakhir kali
Tertutup kalbu dan netra
Sebab kecewa
(2)
Hingga kini
Rasa tak lagi Kembali
Rindu menggebu
Sebab hampa
(3)
Di sela-sela embun pagi, yang
Perlahan menghilang
Aku titip doa:
Semoga terbaik tuk sgala
Pulang pada harap, yang
Setepat-tepatnya
2023.
HARAPAN
Bunga mekar, ditaman
Menyela lentera surya
Tegak dengan kecerlangan
Penuhi asa pada tiap perkara
Dedaunan gugur, dan
Tumbuh Kembali
Seperti sudah beralur
Nyata dan berkali-kali
Namun tidak dengan nanti
Ketika tak ada lagi harap, dan
pengharapan
Sudah, itu mati.
2023.
DUA JIWA
Waktu menggerogoti
Mantra akar reremputan
Mencampuri air-air kumbang
Detik demi detik
Menjelma duri pada mawar
Kekasih,
Sudahkah penantian
Di Lorong pengembaraan
Tak lama lagi bumi akan hancur
Melebur pada keabadian
Kekasih,
Sudikah dikau
Ditelan waktu yang fana
Tanpa tali di antara dua jiwa
2023.
ilustrasi: wallpaperbetter.com.