Rumah Pak Mahmud telah ramai. Warga berdatangan sambil membawa bermacam sayuran.
Setiap bulan Muharram pada tanggal sepuluh, di kampung ini selalu tidak ketinggalan untuk memasak bubur asyura setiap setahun sekali. Warga terlihat kompak satu sama lain. Yang bapak-bapaknya bertugas mencari kayu, mengaduk bubur asyura di dalam kawah dan mengangkat beras untuk dimasukkan ke kawah. Para ibu-ibu memotong sayuran, membuat bumbu untuk bahan bubur asyura. Ada juga yang ikut membantu mengaduk bubur. Sambil bercerita soal kenaikan harga dan murahnya hasil kebun. Sesekali diiringi gelak derai tawa.
Menjelang siang, bubur asyura telah matang. Mereka menyiapkan piring, gelas minum untuk dihidangkan, sambil memasukkan bubur dari piring ke piring. Di ruang depan, Ustaz Komar selaku tetua sekaligus imam dan guru mengaji di kampung itu, memimpin bacaan Yasin dan Tahlil, berserta doa-doa untuk kebaikan-kebaikan di tahun yang akan datang. Selesai pembacaan doa, barulah bubur asyura dihidangkan. Baunya begitu harum. Para warga sangat menikmati hidangan tersebut. Di dapur ibu-ibu berulang kali menambahkan porsi ke dalam piring mereka, masing-masing orang membawa pulang satu mangkok bubur untuk di rumah.
***
Salah satu rumah warga berwarna kecoklatan agak tua, beberapa kaligrafi arab terlihat usang di dinding rumahnya, sudah sobek. Pintu depan juga lapuk dimakan anai-anai, seseorang di dalam bilik tengah mengerang sambil memanggil nama ibunya. Ia sedang demam. Tidak ada satu pun orang yang datang berkunjung.
Hasan berusaha tidur untuk menghilangkan rasa lapar dan demam di tubuhnya, tetap saja tidak bisa. Kepalanya sangat berat. Perlahan aroma bubur asyura tercium olehnya. Setetes air mata jatuh di pipi Hasan. Ia teringat ibu tahun lalu. Jika saja ibu Hasan masih hidup, ia pasti telah ikut menikmati bubur tersebut dengan lahap. Sayangnya ia kini sebatang kara. Bahkan saat ia sakit pun tidak ada yang peduli termasuk pamannya, Pak Mahmud.
***
Selepas Zuhur, setelah melaksanakan salat berjemaah, warga pulang ke rumah masing-masing. Pak Komar berpamitan pulang setelah bercakap-cakap dengan beberapa kepala desa. Tapi belum jauh melangkah, ia merasa heran dengan sebuah rumah kecil di samping rumah Pak Mahmud. Sejak tadi pagi sepertinya rumah Hasan itu belum terbuka, Ustaz Komar mulai berpikir, barangkali Hasan sedang tidak di rumah, bahkan di tempat Pak Mahmud juga tidak ada. Karena penasaran, ia mencoba mendekat.