Konon, Serat Puspa ditulis oleh Al-Imam al-Ajal al-Zahid Abu-l-laisy Muhammad as-Samarqandi. Menelusuri biografinya agak sulit karena tidak tertulis atau terdokumentasi di dalam kitab Serat Puspa ini.
Namun, menurut penuturan Kiai Sutra’, al-Ajal al-Zahid merupakan salah satu tokoh tasawuf penganut Imam al-Ghazali. Di bidang tauhid, ia penganut Imam Asy’ari.
Yang kita tahu, manuskrip ini ditulis ulang oleh Syekh Muhammad. Syekh Muhammad merupakan tokoh langgar (Kajih, istilah lain dikenal dengan tokoh masyarakat) dari Desa Poreh, Kecamatan Lenteng, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur. Selain itu, Syekh Muhammad menjadi salah satu pendiri samman di desanya. Di masanya, samman adalah kompolan unggulan masyarakat Poreh.
Tidak ada informasi yang pasti tentang kelahirannya. Cuma, menurut pemegang kitab Serat Puspa, Syekh Muhammad lahir di Desa Poreh sekitar abad ke-18. Namun, sampai saat detik ini tidak tersedia data valid untuk mengungkap profilnya. Menurut sebagian informasi, semasa hidup, Syekh Muhammad menekuni bidang tauhid dan tasawuf.
Berdasarkan keterangan KH Sutra’, Serat Puspa merupakan kitab unggulan masyarakat Poreh. Kitab ini sebenarnya pernah menjadi rebutan di antara saudara Kiai Sutra’. Akan tetapi, setelah melalui proses panjang, KH Sutra’ yang “diijazahkan” langsung oleh H Hasyim Islam untuk mewarisi kitab ini.