Jika di Pulau Jawa ada sembilan ulama penyebar agama Islam yang dikenal sebagai Wali Songo, di Pulau Dewata ada Wali Pitu yang diyakini sebagai penyebar agama Islam di Bali. Sesuai namanya, para wali penyebar Islam di Bali ini ada tujuh orang.
Ketujuh orang Wali Pitu tersebut adalah Mas Sepuh Raden Raden Amangkuningrat, makamnya ada di Kabupaten Badung; Habib Umar bin Maulana Yusuf al-Maghribi (di Tabanan); Habib Ali bin Abubakar bin Umar bin Abubakar al-Hamid (di Klungkung); Habib Ali Zaenal Abidin Alaydrus (di Karangasem); Syaikh Maulana Yusuf al-Baghdadi al-Maghribi (di Karangasem); The Kwan Lie (di Buleleng); dan Habib Ali bin Umar bin Abubakar Bafaqih (di Jembrana). Nama terakhir ini merupakan salah satu guru utama Maulana Habib Luthfi Bin Yahya Pekalongan.
Didasarkan pada berbagai sumber, duniasantri.co menceritakan riwayat para wali dari Wali Pitu tersebut, dimulai dari The Kwan Pau-Lie.
Ia lelaki kelahiran dan berkebangsaan Tiongkok. Diperkirakan, kedatangan The Kwan Lie ke Nusantara terjadi pada pertengahan abad ke-16. Saat itu, The Kwan Lie bertugas mengawal perjalanan Putri Ong Tien berlayar menuju Cirebon. Putri Ong Tien ke Cirebon untuk dinikahkan dengan Sunan Gunung Jati.
Setelah tugasnya selesai, The Kwan Lie tidak pulang kembali ke China, melainkan justru menetap di Cirebon. Ia kemudian malah berguru kepada Sunan Gunung Jati untuk mendalami agama Islam. Setelah menjadi murid Sunan Gunung Jati, The Kwan Lie menjadi salah satu orang kepercayaannya. Suatu hari The Kwan Lie ditugasi mengawal rombongan istri Sunan Gunung Jati melakukan perjalanan ke daerah Bali. Saat itulah, untuk kali pertama, The Kwan Lie mengenal Bali, khususnya kota Singaraja yang ada di Buleleng.