Aku scroll layar gawaiku ke bawah. Kulihat status terbaru keluarga itu yang tengah berlibur di Pulau Dewata. Time line FB-ku dipenuhi foto-foto keluarganya yang penuh glamor. Ia tunjukkan foto dirinya tengah menyeruput segelas minuman dengan latar foto kamar hotel mewah dengan panorama pantai yang memesona.
Slide berikutnya, tampak istrinya yang cantik memeluk kedua anaknya. Ada juga video pendek mereka tengah berenang di kolam yang begitu jernih.
Semua yang ditampilkannya adalah pameran yang sangat memuakkan. Kunyalakan sebatang rokok. Kusemburkan asap rokokku ke muka menyebalkan itu, meski gawaiku yang menjadi korbannya. Aku lantas berjalan ke luar kamar, menuju balkon penuh bising oleh raungan kendaraan yang kepala para penumpangnya dipenuhi ambisi untuk saling mendahului menguasai dunia, atau mungkin sekadar berlomba bertahan hidup.
Gawaiku bergetar. Kulihat di layar ada pop up pesan Watsapp dari Kadek.
“Action sekarang?”
Dan entah kenapa tiba-tiba aku diserang rasa ragu.
Lelaki itu kemudian miscall, dan aku membiarkannya; rasa ragu ini masih juga bercokol di kepalaku.
“Bedebah! Kau balas pesanku!”
Kegusarannya mulai menerorku.
“Kau yakin dia ada di kamar 209?” balasku melalui pesan singkat.
“Orang bodoh mana yang meragukan kemampuan intelijenku? Aku memegang semua data penghuni hotel ini. Bahkan merek kaus mereka aku tahu semuanya!”
Aku kembali melangkah ke kamar. Kuamati keramaian lalu lintas dari balik kaca jendela. Rokokku tinggal separo batang. Kubuka laman FB dan aku buka profil Surya. Lima belas tahun yang lalu adalah awal perkenalanku dengannya. Kala itu dia memperkenalkan diri sebagai salah satu adik tingkatku di Fisipol yang telah diam-diam mengidolakanku. Dari majalah kampus dia mengikuti gagasan-gagasanku yang sering menghiasi media jurnalistik kampus itu.
Dan dengan kecerdasannya dia telah membuatku tertarik. Dia pun kemudian diterima di perusahaan, tepat setahun setelah dia selesai kuliah, sesuai rekomendasiku. Lagi-lagi dengan kecerdasannya dia kemudian diangkat menjadi kepala bagian di perusahaan kami, kurang dari dua tahun berikutnya.
bro bis,turun gunung..narasi yg misterius,setting plotnya mainstream..big salute,my bro