SURAT-SURAT BIRU LAUT

195 views

SURAT-SURAT BIRU LAUT*
/Kepada Ibu/

Apakah di saat matahari mengelupaskan diri
Kau masih setia meracik pindang seruni
Untuk menyambut malam minggu yang nyilu
Dan pura-pura merobek tabir kehilangan
Pada kursi dan meja makan yang sudah sekian purnama
Malas merawat kenangan.

Advertisements

/Kepada Anjani/

Yang paling petaka dari segenap petaka
Bukan kegelapan yang terpompa di ini lautan
Tapi saat tenggerokanku disekap sunyi
Dan di tengah gelombang kau mengemis pada alam
Melacak petunjuk dari letak bintang;
Dimanakah Biru Lautku merenggang kematian
Dalam laut biru atau dalam teka-teki yang belum utuh.
Padahal aku bertapa dalam laut yang biru itu.
Dan kematian akan terasa begitu manis
Asal kau sendiri tidak teraniaya oleh kegelapan ini.

/Kepada Asmara/

Adikku, Asmara Jati
Aku berniat hendak memulangkan bulan
Ke dalam pelukanmu
Karena awan telanjur pekat
Dan tidak pernah mengizinkan sebersit cahaya lewat
Maka begitulah kemudian kau merangkak dalam kegelapan
Dan pencarian tak berujung hanya membuatmu
Terlempar dalam diam yang tak berkidung.

*Tokoh Utama dalam Novel Laut Bercerita

Annuqayah, Desember 2023.

SURAT BERALAMAT YOGYAKARTA II

Masalalu terbahak di belakang kita
Ia bangkit dari sebuah kubur
Yang tak ada padanya doa-doa terapung

Aku bayangkan engaku datang
Dengan segelas cahaya purnama,
Kalung salib yang kau curi dari gereja,
Bawang putih yang sudah suci dari kesumat derita.
Lalu kita bersulang di bawah pohon kamboja
Pohon yang menyerap asin air mata.

Anjay!
Ini hanya bayangan
Masalalu menyekapku
Aku terlempar pada ujung kuburan
Lalu menjadi pelengkap sepasang nisan.

Teater Alfatihah, Desember 2023.

SERINTIL*

Kubiarkan tanganku menari merobek dada langit
Agar Tuhan mendengar jeritku
Kemudian mengirim selembar takdir
Dan menyumpal permohonanku yang lain
Berikan aku nasib yang lebih buruk dari seorang Ronggeng,
Penyihir atau seorang selir?

Petaka adalah langit bagi kampung Dukuh Paruk ini
Sementara kebebalan merupakan ladang
Tempat orang-orang menanam kepalanya sendiri
Dan ketika musim panen
Mereka akan menangis sekaligus tertawa
Kebodohan semakin mengurat, menjadi daging juga darah!

Saat usiaku masih rebah di pucuk jagung
Tuhan meniupkan takdirku lewat
Dentuman sebuah gendang.
Lalu melalui pintalan selendang
dan tubuh yang dipontang-panting kemalangan
kulepas segenap derita dalam diri
hingga hilang pula rusukku kini.

*Tokoh Utama dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk
Alif  Senansa, Desember 2023.

ilustrasi: pigsels.com.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan