APOLOGIA DI ATAS SAJADAH
/bagi tuhan/
rasanya, keimananku sudah pantas
diungkapkan lewat elegi seorang pemabuk.
akar cintaku(padaMu) seakan kering
tak mampu berpegangan pada tanah
pada batu terjal rindu.
gusti, di atas segara ini aku meminta:
bukakan selaksa pintu langit untukku
agar doa-doa berdayung-sampai padamu
tanpa ganas ombak, tanpa dihalang gagak.
:kepadaMu, segala tobat kukiblatkan.
/bagi ibu/
adakah yang lebih menjulang dari kenakalanku
saat usia mengejar ketinggian jagung?
dosa-dosa mendakwaku sebagai aksara
yang haram ditunggangi harkat.
kepadamu, pengarapan kukultuskan
dengan airmata yang masih tersisa
kubasuh segala noktah di dada.
pada angin
pada binar bulan berlelehan
biarkan pilu ini kuungkapkan lewat sajak
agar tenang segala yang beriak.
/bagi ayah/
di atas tanah kerontang
yang kau bajak agar gembur
aku pernah mungulur layang-layang
dan kini aku merasa menjadi kawan
bagi layang-layang itu, sebab
kau pernah berkata
di bawah kuning bunga pohon akasia:
“burung terbang dengan sayapnya,
manusia terbang dengan cita-citanya.”
Cabeyan, 2021.
RIWAYAT
seonggok nisan menunggu kecupan kamboja dan ia membiarkan bulan beringsut begitu saja
senja hilang begitu saja
ia masih menunggu tapi tak satu pun peziarah yang tahu. doa-doa hanya beterbangan
di kepalanya
angin tak tega melihat nisan dirundung lara dibawanya satu kuntum
mengecup kening nisan
sepi belingsatan…
Cabeyan, 2021.
TAKWIL BAGI GUGUR DAUN
setiap langkah kepergian
adalah suara paling bening
yang ditangkap kepiluan
air mata adalah getah
pagi seluruh rasa yang patah
hanya ada satu cara
untuk pegangan tetap sekuat sajak
:doa adalah temali bagi sepasang kekasih.
Cabeyan, 2021.