Tradisi Ngaji Bandongan di Era Digital*

Bandongan merupakan metode pembelajaran klasik di lingkungan pondok pesantren. Melalui metode ini, biasanya kiai membacakan kitab kuning beserta maknanya dan para santri menyimak sambil mencatat maknanya atau memberi syarh. Metode ini sudah ada sejak ratusan tahun silam, dan tetap ada hingga saat ini meskipun banyak perubahan dalam dunia pendidikan.

Dalam praktiknya, pada pengajian bandongan, kiai tidak hanya membacakan makna kemudian santri mencatatnya. Kiai juga memberikan penjelasan yang mendalam dan terkadang membutuhkan penjelasan lebih lanjut. Sementara, santri mendengarkan, memahami, dan mencatat apa yang telah dijelaskan oleh kiai.

https://www.instagram.com/jejaringduniasantri/

Hal tersebut menjadi ciri khas dan kekuatan utama dari metode bandongan. Selain itu, santri juga diberi kesempatan untuk bertanya, sehingga pemahaman mereka terhadap materi yang dijelaskan lebih mendalam. Sudah berabad-abad tradisi menjadi metode pembelajaran utama yang dilakukan oleh berbagai pesantren di Indonesia. Biasanya, netode bandongan dilaksanakan dengan cara para santri duduk membentuk shaf di depan dan di samping kiai. Banyak individu yang berhasil dan sukses berkat metede ini.

Namun, di era digital seperti sekarang, biasanya generasi muda lebih tertarik dengan teknologi digital, sehingga kita juga perlu mengembangkan tradisi bandongan ini menggunakan teknologi digital. Teknologi digital, apabila dipergunakan dengan bijak, dapat menjadi sarana untuk mengembangkan dan memperluas tradisi bandongan. Jadi, tidak hanya santri yang dapat mengaji dengan bandongan, melainkan semua orang dapat menggunakan metode bandongan ini.

Perkembangan teknologi digital sata ini juga sangat membuka peluang untuk memperkaya dan memperluas materi yang disampaikan melalui metode bandongan. Misalnya, seorang kiai atau guru bisa membuat pembelajaran visual yang menarik dan lebih mudah dipahami oleh generasi muda yang sekarang terbiasa dengan mengakses informasi dengan cepat. Teknologi digital juga dapat membantu untuk mendokumentasikan tradisi bandongan dengan menarik, misalnya melalui video pembelajaran, kursus online, aplikasi pembelajaran, hingga melalui sistem berbasis web.

Dengan mengunakan teknologi yang ada, pengajian bandongan bisa dilakukan secara daring, memungkinkan santri dari berbagai penjuru dunia untuk mengikuti kajian-kajian tersebut tanpa ada Batasan tempat dan waktu. Jika ada bagian yang kurang dipahami, mereka bisa mengulang tanpa khawatir kehilangan informasi.

Selain itu, pembelajaran dengan tatap muka dapat menambah kekhusyukan pembelajaran. Suasana ini memperkuat rasa saling menghormati antara kiai dan santri. Namun demikian, meskipun teknologi sangat membantu untuk memperluas dan mengembangkan metode bandongan, kita harus tetap menjaga keseimbangan antara penggunaan teknologi digital dan pengajaran tradisional di masa sekarang.

Oleh karena itu, dalam menghadapi tantangan di era teknologi digital, bukan berarti kita harus meninggalkan tradisi ini. Sebaliknya, kita perlu mencari era untuk memodernisasi dan menyesuaikan metode bandongan dengan kebutuhan zaman, tanpa harus mengorbankan nilai-nilai keberagaman, kedekatan, dan interaksi yang menjadi ciri khas tradisi bandongan.

Melalui cara ini kita dapat memastikan bahwa tradisi bandongan harus tetap dilestarikan. Meskipun, bandongan merupakan tradisi yang kuno di dalam pesantren, akan tetapi masih memiliki peran yang sangat penting. Dengan melestarikan tradisi ini, kiai dan santri memiliki kedekatan yang kuat karena saling berinteraksi secara lisan yang intens, yang akan berkurang jika tradisi ini sepenuhnya dilakukan sepennuhnya melalui teknologi digital. Interaksi inilah yang menajdi kekuatan utama dari tradisi bandongan, yang sulit digantikan oleh teknologi digital. Kita harus melestarikan tradisi ini untuk menjaga warisan pesantren, sekaligus menjawab tantangan zaman yang semakin berkembang. Pembelajaran melalui teknologi digital maupun tidak memiliki kekurangan dan kelebihannya tersendiri.

*Karya peserta workshop penulisan kreatif dan jurnalistik jejaring duniasantri di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, 21-22 Agustus 2025.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan