Tragedi September 1965: Mencintai yang Dibenci

Setiap kali bulan September datang, kita selalu diingatkan dengan sebuah tragedi besar dalam sejarah bangsa: 30 September 1965. Ada yang menyebutnya tragedi nasional, ada yang menyebutnya gerakan makar, dan ada pula yang mengingatnya sebagai pembantaian massal. Terlepas dari beragam versinya, satu hal yang tak bisa dipungkiri: ratusan ribu hingga jutaan jiwa melayang, banyak di antaranya bahkan tidak tahu-menahu soal politik atau ideologi. Inilah yang membuat tragedi ini harus dibaca melampaui sengketa politik, yakni melalui lensa Fikih Kemanusiaan.

Dalam tradisi Islam, darah manusia itu sangat berharga. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda: “Hancurnya dunia lebih ringan bagi Allah daripada terbunuhnya seorang Muslim tanpa hak.” (HR. Tirmidzi).

https://www.instagram.com/jejaringduniasantri/

Bahkan dalam Al-Qur’an ditegaskan: “Barang siapa membunuh satu jiwa tanpa hak, maka seolah-olah ia membunuh seluruh manusia.” (QS. al-Maidah: 32).

Tragedi 1965 mengingatkan kita pada prinsip dasar fikih: tidak ada dosa yang bisa diwariskan, dan tidak ada orang yang boleh dihukum karena kesalahan orang lain. Allah sendiri menegaskan: “Seseorang tidak akan memikul dosa orang lain.” (QS. al-An‘am: 164).

Kisah tragis itu digambarkan dengan sangat menyayat hati dalam film Kupu-Kupu Kertas. Di sana ada seorang pemuda NU yang jatuh cinta pada seorang gadis. Sang gadis adalah anak seorang tokoh PKI, namun ia sendiri tidak pernah setuju dengan ideologi yang dianut ayahnya. Bahkan, si pemuda NU justru ingin melindungi sang gadis dari amarah massa. Tetapi apa daya, justru si pemuda dituduh antek PKI, ditangkap, dan akhirnya dibunuh. Padahal satu-satunya “kesalahannya” hanya mencintai, hanya ingin menjaga orang yang ia kasihi.

Bukankah kisah itu cermin dari betapa bahayanya kebencian yang membutakan mata hati? Betapa ngerinya ketika vonis ideologis membuat kita menutup telinga dari fakta bahwa setiap orang punya pilihan dan jalan hidup sendiri?

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan