KACA BERKABUT
Kaca berkabut, bayangan ku samar
Tak lagi mengenali wajah yang terlukis di sana.
Ulat kecil merangkak dalam kepompong
Menunggu metamorfosis, sebuah keajaiban.
Luka dan rindu, tetesan air mata
Menyisakan jejak di cermin jiwa.
Aku merangkak dalam kesunyian
Mencari makna di balik sepi.
Bunga layu, terkulai
Menyiratkan kisah perjalanan panjang.
Ku petik kelopaknya, menyimpannya dalam hati
Menjadi bukti perubahan yang tak terbantahkan.
Kaca berkabut, bayangan ku samar
Namun, cahaya redup mulai menyingsing.
Kupinggirkan kepompong, merentangkan sayap
Terbang menuju langit yang lebih luas.
Mencari kebebasan di balik jeruji masa lalu.
DI BALIK SECANGKIR KOPI AYAH
Di balik secangkir kopi ayah
Tersembunyi cerita yang tak terucap.
Aroma pahit yang menyapa pagi
Menyiratkan beban dan harapan.
Uap mengepul,
Menyisakan jejak lembut di udara
Seiring hirupan kopi,
Terasa getir, namun menenangkan.
Di balik cangkir,
Terukir kisah tangan kasar
Yang bekerja keras
Mencari nafkah untuk keluarga.
Setiap teguk kopi,
Cerminan kerja kerasnya
Derita dan perjuangan
Yang tak pernah ditunjukkan.
Di balik secangkir kopi ayah,
Tersimpan kasih sayang abadi
Yang tercurah dalam setiap tetes,
Menghangatkan jiwa dan hati.
SEBELUM AKU SINGGAH DI KOTAMU
Saat langkah kita berpaut jarak
Pada lorong kenangan
Gelisah pun mendekap degup jantung
Ada gemeretak ngeri dalam diri
Menangkup setangkup puisi yang belum jadi
Biarkan aku menelusuri sajak tuamu
Bersama kekhawatiran dan jarak antara kita
Oktober lalu,
Masih menjadi kemarau musimmu
Musim reranting kenangan mulai patah
Tanpa bisa aku genggam lagi
Hingga akhirnya tiba suatu musim
Antara rindu dan cemburu
Yang mengisyaratkan hati
Untuk lahir kembali menjadi
Seribu aksara yang abadi.
ZILZAAL