ZILZAAl

1,230 kali dibaca

KACA BERKABUT

Kaca berkabut, bayangan ku samar
Tak lagi mengenali wajah yang terlukis di sana.

Ulat kecil merangkak dalam kepompong
Menunggu metamorfosis, sebuah keajaiban.

Advertisements

Luka dan rindu, tetesan air mata
Menyisakan jejak di cermin jiwa.
Aku merangkak dalam kesunyian
Mencari makna di balik sepi.

Bunga layu, terkulai
Menyiratkan kisah perjalanan panjang.
Ku petik kelopaknya, menyimpannya dalam hati
Menjadi bukti perubahan yang tak terbantahkan.

Kaca berkabut, bayangan ku samar
Namun, cahaya redup mulai menyingsing.
Kupinggirkan kepompong, merentangkan sayap
Terbang menuju langit yang lebih luas.
Mencari kebebasan di balik jeruji masa lalu.

DI BALIK SECANGKIR KOPI AYAH

Di balik secangkir kopi ayah
Tersembunyi cerita yang tak terucap.
Aroma pahit yang menyapa pagi
Menyiratkan beban dan harapan.

Uap mengepul,
Menyisakan jejak lembut di udara
Seiring hirupan kopi,
Terasa getir, namun menenangkan.

Di balik cangkir,
Terukir kisah tangan kasar
Yang bekerja keras
Mencari nafkah untuk keluarga.

Setiap teguk kopi,
Cerminan kerja kerasnya
Derita dan perjuangan
Yang tak pernah ditunjukkan.

Di balik secangkir kopi ayah,
Tersimpan kasih sayang abadi
Yang tercurah dalam setiap tetes,
Menghangatkan jiwa dan hati.

SEBELUM AKU SINGGAH DI KOTAMU

Saat langkah kita berpaut jarak
Pada lorong kenangan
Gelisah pun mendekap degup jantung
Ada gemeretak ngeri dalam diri
Menangkup setangkup puisi yang belum jadi
Biarkan aku menelusuri sajak tuamu
Bersama kekhawatiran dan jarak antara kita

Oktober lalu,
Masih menjadi kemarau musimmu
Musim reranting kenangan mulai patah
Tanpa bisa aku genggam lagi
Hingga akhirnya tiba suatu musim
Antara rindu dan cemburu
Yang mengisyaratkan hati
Untuk lahir kembali menjadi
Seribu aksara yang abadi.

ZILZAAL
:Qs.az-zalzalah

Sudah sekian hari matahari menelanjangi bumi
Kau tetap saja mematungkan diri
Dengan bayangan hitam musim gersang
Hingga pada akhirnya,
Ketika bumi jenuh dan berguncang dengan dahsyat
Memuntahkan seluruh beban yang dikandungnya

Kau bertanya: mengapa begini?
Lalu,
Bumipun menjawab
Lantaran perintah Tuhanmu aku begini
Dan harus kau tahu di hari ini akan kau temukan Tuhanmu
memorak-porandakan dirimu atau memberi takhta tertinggi
sesuai yang Ia janjikan padamu.

Ilustrasi: Kompasiana.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan