Selamat memasuki usia ke-2 tahun duniasantri.co!
Saya lupa-lupa ingat dari mana awalnya menemukan komunitas jejaring duniasantri dua tahun lalu. Tapi kalau tidak salah ingat, saya menemukannya melalui akun Instagram secara random tanpa mengetik di pencarian atau semacamnya. Tepatnya akun Instagram yang pertama, karena kemudian saya rasa sempat berganti akun juga.
Didorong rasa penasaran, saya pun akhirnya menjadi follower yang kemudian mengikuti dan membaca tulisan-tulisan di dalamnya. Cukup menarik, karena banyak rubrik yang disajikan di dalamnya. Dan tulisan yang dimuat pun beragam. Duniasantri.co sesungguhnya mengingatkan saya akan majalah pesantren yang dulu, ketika masih nyantri, saya sempat menjadi salah satu redakturnya. Menjadi bagiannya adalah salah satu jalan mengembalikan diri sendiri yang pernah ada.
Selang beberapa waktu menjadi follower pasif, akhirnya saya memberanikan diri mengirimkan cerpen pertama di bulan Ramadhan satu tahun lalu dan dimuat. Ketika tahu cerpen saya dimuat, rasanya cukup senang. Sebab, ini artinya membangkitkan kembali gairah kepenulisan dalam diri saya yang sudah lama mati di tengah kecamuk badai yang datang bertubi-tubi dalam hidup saya.
Usai mengirimkan dan dimuatnya karya pertama, saya merasa mendapatkan sambutan yang baik dan membuat saya ketagihan untuk mengirimkan karya-karya berikutnya. Sempat sekali diminta menyajikan (membuat) gambar di salah satu cerbung yang ditulis oleh penulis yang juga redaktur duniasantri.co pun membuat saya dengan senang hati mengerjakannya. Mungkin karena dari sekian banyak kontributor yang ada, saya salah satu yang mengisi biografi diri dengan hobi menggambar. Hal yang juga berkesan sepanjang bergelut di duniasantri.co tentu saja menjadi salah satu bagian dari penulis buku yang sudah diterbitkan oleh jejaring duniasantri.
Melihat keragaman tulisan yang disajikan dari satu orang penulis, membuat saya ingin melahirkan tulisan yang beragam pula. Dari cerpen, saya mencoba menulis opini dan juga rubrik kolom pustaka. Entah akan diterbitkan atau tidak, tetap saya kirimkan saja meskipun ada pula yang tidak lolos. Tidak jarang pula tangan editor ikut andil memoles tulisan saya sehingga menjadi lebih layak untuk dibaca.
Bagi saya, duniasantri.co adalah rumah sekaligus wadah sunyi suara pikiran-pikiran saya yang selalu ramai. Meskipun, ketika dikalkulasi tulisan saya tidak begitu banyak, tapi saya selalu mempunyai keinginan untuk bisa lebih aktif lagi dalam berkarya seperti teman-teman penulis lainnya yang akhir-akhir ini saya lihat semakin aktif dan kritis dalam membaca tulisan yang tersaji di website duniasantri.co.
Dari jejaring duniasantri, saya menemukan tempat belajar yang sunyi namun tetap menyenangkan. Seperti yang dikatakan Putu Fajar Arcana dalam Webinar Penulisan Cerpen yang baru-baru ini diselenggarakan, bahwa jalan sunyi ini memang berat dan tidak semua orang bisa menempuhnya. Hanya orang-orang yang konsisten dan bertahan dalam perjalananlah yang akan lama usianya. Semoga duniasantri.co dan seluruh kontributornya menjadi orang yang konsisten menekuni jalan sunyi ini.
Semoga melahirkan banyak penulis-penulis hebat di masa mendatang yang menjadikan duniasantri.co sebagai batu loncatan dalam semangat dunia kepenulisannya. Satu lagi, semoga semakin banyak kontributor perempuan yang mengirimkan karyanya.
Salam Literasi.
keterangan foro: gambar karya eva maulidiyah.