Bukan kali pertama masyarakat manusia mengalami wabah seperti pandemi Covid-19 yang sudah berjalan selama dua tahun ini. Dan, dalam rekaman sejarah, masyarakat dunia merespons terjadi wabah dengan cara berbeda-beda.
Dalam masyarakat Muslim, ada tradisi pembacaan Burdah setiap kali terjadi wabah. Tujuannya adalah untuk mengusir wabah dan manusia terselamatkan dari bahayanya. Di sini, Burdah adalah penolak bala.
Burdah sendiri merupakan cerminan perjalanan hidup Imam Al-Bushiri, nama yang dinisbatkan pada tempat kelahirannya, Bushir. Ayah Al-Bushiri berasal dari Dalash. Karena itu, ia kadang disebut Al-Bushiri, Al-Dalashi, atau Al-Dhalasiri yang merupakan gabungan keduanya (Ulin Nihayah, Jurnal Komunikasi Islam, Vol 7. Hal: 32).
Burdah merupakan karya paling fenomenal dari Imam Al-Bushiri ini. Di dalamnya berisi syair puji-pujian. Di dalam Burdah terdapat mutiara-mutiara pelajaran tentang sikap hormat kepada makhluk pilihan, yakni Nabi Agung Muhammad SAW.
Sebenarnya, kalau kita meneliti susunan bait-bait dalam kasidah Burdah, maka kita akan mendapatkan sepuluh tema pokok: pertama, 12 bait Prolog merupakan goresan asmara cinta kepada sang panutan kita. Kedua, 16 bait peringatan akan bahaya menuruti hawa nafsu. Ketiga, 30 bait puji-pujian. Keempat, 13 bait kisah kelahiran. Kelima, 16 bait informasi tentang mukjizat. Keenam, 17 bait pembicaraan tentang Al-Quran. Ketujuh, 13 bait tentang isra mi’raj. Kedelapan, 12 bait tentang jihad. Kesembilan dan kesepuluh merupakan bait penutup. (Majmuatu Maulidiyah-Qasidah Burdah, hal: 156-176).
Bagi masyarakat Arab, karya Al-Bushiri ini memiliki berbagai fungsi. Misalnya, (a) berkaitan dengan aspek spiritual. Di sini, kasidah Burdah digunakan untuk penyembuhan penyakit rohani, jasmani, dan penolak bala; (b) terkait dengan pendidikan pembacaan Burdah diajarkan untuk kegiatan ekstra, seperti di pesantren pembacaan Burdah dilaksanakan setiap malam Jumat; dan (c) hiburan penyejuk hati melalui irama karena isi dan pilihan diksinya yang memukau.
Sebagai mana masyarakat Arab, orang Madura juga meyakini magis kandungan dari kasidah Burdah. Sehingga, ketika ada orang yang sakit menahun, atau orang yang sulit menghadapi sakaratul maut, maka akan dibacakan kasidah Burdah baik secara perorangan ataupun berjamaah. Dengan pelantunan Burdah, diyakini akan mampu menyembuhkan orang sakit bahkan memudahkan orang yang sedang sakaratul maut.