BUKU TUA
Kutemukan dirimu di gudang
Masalalu penuh debu lalu,
Kucoba hapus jejak rayap
Dan sarang laba-laba
Yang menutupi sebuah nama
Di halaman paling tua
Eh, itu namamu yang pernah tumbuh
Menjadi rindu tapi sekarang sudah
Menjadi debu di tubuh buku tua itu
Rumah Kedua, 2022.
TENTANG PEDULI
Peduli apa kau pada gerimis
Sedang pada awan saja
Kau selalu mengabaikannya
Tak bisakah kaupahami saja
Titik temu pada setiap
Angin yang enggan menjatuhkan
Daun-daun pada peraduan
Tersunyi jejak kaki:
Tanah tua
Tanah cinta
Pangabesen, 2022.
KEPADA GUS
: M. Dzannuroin Aldivano
Tanggal enam belas
Tepat saat malam aku menanggalkan wajahmu
Dalam kalender puisi ini, setelah hari-hari
Yang berlalu pergi tanpa ada dalam setiap
Kata dan bait-bait puisi. Hanya saja, aku
Tak pernah lupa bahwa januari ini adalah
Hari di mana aku punya mimpi
Menjadi rumah
Engkau mengadu penat untuk terakhir kali
Pangabasen, 2022.
SEBUT SAJA AKU
Salam kepada pendiri malam
Yang merebahkanku di keheningan suram
Sebentar kautumbuhi jiwa
Dengan linang bening
Lantas Tuhan akan menemuikau di balutan
Sedih maka sebut saja aku
Bukankah rindumu kubawa pergi?
Bukankah harimu suram dalam petang?
Ya, sebut saja aku
Biar tangan Tuhan kuraih
Dari raut wajahmu lalu damainya
Akan aku persembahkan padamu
Pangabesen, 2022.
MENUJU KEBERANGKATAN
Tak ada percakapan
Tak ada kata pamitan
Kebersamaan terlalu unik
Jadi kubuang saja
Entah atas dasar apa