Di Hari Kematianku

Gelap malam begitu mencengkam. Jalanan yang sepi tidak membuatku takut untuk terus berjalan pulang. “Aku tak boleh takut, hantu itu gak ada,” kataku berulang kali untuk menghilangkan rasa takut.

Aku memang sudah biasa pulang malam kalau ada kerja kelompok sampai larut malam. Tapi, ketika melewati rumah bambu di dekat jalan, entah kenapa, aku selalu merinding dan bulu kudukku selalu berdiri.

https://www.instagram.com/jejaringduniasantri/

Dari kejauhan tampak pohon beringin besar di sebelah rumah bambu itu. Aku terus berjalan. Di bawah pohon beringin terlihat beberapa sesajen dan dupa yang sudah terbakar. Entah kenapa, hampir setiap hari orang-orang menaruh sesajen di sana. Mama pernah bilang, banyak penduduk sini — bahkan orang luar —datang berdoa di bawah pohon beringin itu. Ada yang meminta rezeki, jodoh, bahkan anak.

Aku menatap pohon beringin itu lekat-lekat. Besar sekali, mungkin sudah berusia ratusan tahun. Di dekatnya berdiri rumah bambu yang sudah lama ditinggalkan, dikelilingi rumput alang-alang dan kegelapan malam yang pekat. Pemandangan tersebut membuat rumah itu tampak menyeramkan. “Mau bagaimanapun aku harus melewati jalan ini, karena hanya ini satu-satunya jalan pulang,” ucapku dalam hati.

Aku terus berjalan, sesekali aku menoleh ke kanan, memastikan memang tidak ada siapa pun yang memperhatikanku dari dalam rumah bambu itu. Tapi tunggu… aku melihat seseorang — seorang perempuan dengan rambut panjang hingga setengah dada, bermata lebar dan berpakaian serba merah. “Itu siapa? Bukankah rumah itu sudah lama di tinggalkan?” tanyaku pelan. Kakiku gemetar. Perempuan itu hanya diam, menatapku seolah aku bukan orang asing baginya. Aku takut. Dengan kaki gemetar aku mempercepat langkah.

Aku pikir sudah berjalan cukup jauh dari rumah bambu itu. Napasku tersengal, langkahku berat, dan malam terasa semakin pekat. Tapi entah kenapa, tempat ini terasa begitu akrab.

Saat mataku menatap lurus ke depan, dadaku mendadak mengencang. “Itu… bukannya pohon beringin tadi?” gumamku lirih sambil menatap batang tuanya yang menjulang, hitam dan diam, seolah sedang mengawasi.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan