Wejangan Bapak

115 views

Allahu akbar…Allahu akbar…Allahu akbar…
La ilaha illa Allahu Allah akbar…
Allahu akbar wa lillahilham…

Sayup-sayup terdengar takbir bersahutan dari kejauhan, tepatnya dari arah masjid jami desa kami dengan tetangga desa. Usai salat Idul Adha pagi ini, aku nyekar ke makam pendahulu kami, ibu, bapak, kakek, juga mbah putri yang tempatnya sedikit berjauhan dari tengah desa. Pemakaman di desa sangat ramai di hari tertentu, khususnya sore menjelang malam takbiran tiba atau pagi hari setelah salat id, baik Idul Fitri maupun Idul Adha.

Advertisements

Kali ini aku sengaja duduk lebih lama dari biasanya. Menggelar selembar koran di samping makam yang kusiapkan dari rumah. Sekeranjang kembang sudah sejak kemarin sore kubeli dari pedagang kembang kuburan di pasar desa. Para pedagang kembang sengaja menyediakan kembang untuk para peziarah setiap menjelang hari-hari tertentu tiba. Kubuka buku yasin dan tahlil yang hanya seukuran telapak tangan itu lalu kubaca pelan-pelan.

Angin kencang terasa menerpa wajahku dan para peziarah lainnya pagi ini. Sejak memasuki bulan Juli udara terasa sangat dingin menusuk tulang meskipun matahari terlihat menyengat sekali sinarnya. Aku teringat cerita bapak, katanya ini disebut musim bediding. Musim di mana udara terasa sangat dingin sepanjang hari. Dingin di tempatku dengan dingin di daerah pegunungan aku rasa berbeda. Sebab di tempatku adalah saerah pesisir, bukan pegunungan, kurasa angin lautlah yang lebih bertanggung jawab untuk suara-suara perut kembung dan sendawa berlebihan jika ada pendatang ke tempat kami.

Hampir pukul tujuh pagi. Aku menyelesaikan bacaan yasin dan tahlilku. Usai menaburkan kembang di empat makam berjajar di depanku, aku melipat alas duduk dan mencabut beberapa rumput yang kemungkinan bisa tumbuh subur di atas makam. Sengaja pula kuambil beberapa ranting bunga kamboja yang bunganya terlihat mekar di atas makam, letaknya beberapa meter dari makam bapak. Kutancapkan ranting itu di atas setiap makam leluhurku Semoga beberapa bulan lagi ia bisa hidup subur di atasnya agar rimbun.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan