Asiah binti Muzahim adalah wanita suci yang diabadikan dalam al-Quran sebagai perempuan istimewa. Di dalam Hadits Nabi juga disebutkan bahwa Asiah adalah wanita yang sempurna kemuliaannya.
“Orang yang sempurna kemuliaannya dari kalangan laki-laki banyak, namun wanita yang sempurna kemuliaannya hanyalah Asiah istri Firaun dan Maryam binti Imron. Dan keutamaan Aisyah atas semua wanita seperti keitamaan tsarid (jenis roti terbaik) atas segala makanan.” (HR Bukhari-Muslim)
Dilansir dari wikipedia, Asiah binti Muzahim adalah temasuk empat wanita yang dimuliakan oleh umat Islam. Tiga lainnya adalah Maryam binti Imron (ibunda Nabi Isa), Khadijah binti Khuwailid (istri Nabi Muhammad), dan Fathimah al-Zahrah (putri Nabi Muhammad). Wanita-wanita mulia ini selalu menjadi hiasan sejarah untuk menjadi tauladan bagi kehidupan hingga sekarang dan di masa yang akan datang.
Asiah dikisahkan dalam al-Quran sebagai istri dari Firaun. Meskipun berada di lingkaran istana kafir, Asiah diam-diam menyembah Allah karena menyaksikan mukjizat Nabi Musa. Tentang keberadaan Musa kecil di istana Firaun, al-Quran menjelaskan bahwa ibu Musa mendapat ilham dari Allah untuk mengahnyutkan Musa di sungai Nil. Maka, ketika Asiah mendapati sebuah peti, hanyut berisi bayi mungil, hatinya tertambat dan ingin memeliharanya.
Pada saat itu, ada undang-undang kerajaan yang mengharuskan setiap bayi yang baru lahir harus dibunuh. Undang-undang ini didasarkan pada nujum tukang sihir Firaun, yang menyebut bahwa akan lahir seorang bayi yang akan meruntuhkan kekuasaan Firaun. Maka, Firaun (laknatullah ‘alaih) pun mengeluarkan kebijakan tiran, bahwa setiap bayi yang baru lahir harus dibunuh.
Asiah binti Muzahim bin Ubayduddayyan bin Walid —yang mempunyai tempat istimewa di hati Firaun— merajuk kepadanya agar Musa diizinkan untuk diasuh dengan penuh kasih. Firaun tidak berkutik. Jika Asiah yang meminta, maka Firaun tidak punya jalan lain kecuali memenuhi permintaannya. Jadilah Musa kecil menjadi bagian dari kehidupan istana Firaun.
“Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; ‘Susuilah Dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya Maka jatuhkanlah Dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kau khawatir dan bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya salah seorang rasul. Maka dipungutlah ia oleh keluarga Firaun yang akan menjadi musuh dan Kesedihan bagi mereka di kemudian hari. Sesungguhnya, Firaun dan Haman beserta tentaranya adalah orang-orang yang bersalah. Dan berkatalah isteri Firaun: “(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu, janganlah kau membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat bagi kita nantinya atau kita jadikan ia sebagai anak”, sedang mereka tiada menyadari. Seketika itu menjadi kosonglah hati ibu Musa. Hampir saja ia membongkar rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hatinya, supaya ia termasuk orang-orang yang percaya (kepada janji Allah). Dan berkatalah ibu Musa kepada saudari Musa: “Ikutilah dia” Maka ia pun mengawasi Musa dari jauh, sedang mereka tidak mengetahuinya. Dan Kami cegah Musa menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusuinya sebelum itu; Maka berkatalah saudari Musa: “Maukah kau kutunjukkan sebuah keluarga yang sanggup memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?’ Maka Kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allah itu adalah benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.” (QS al-Qashos: 7-13).