Akhir Hayat Dukun Santet

891 views

Sepagi itu warga kampung Sono Laut telah dikejutkan oleh suara aneh, seperti erangan orang kesakitan. Suara itu melengking panjang dan mengerikan. Terdengar hingga ke sudut-sudut desa, menabrak tebing-tebing bukit, dan bergema hingga ke lembah-lembah jauh di pelosok desa. Suara teriakan itu membangunkan warga yang masih terlelap dalam buaian mimpi. Anak-anak kecil pun ketakutan. Tatkala kicau burung bersahutan dari ujung dahan pepohonan, banyak orang yang keluar rumah. Mereka saling melempar tanya pada tetangga atau sanak saudara. Desa yang berdiri di atas bukit dan lereng-lereng lembah itu pun ramai. Tak hanya di emperan-emperan rumah, mereka membicarakan lengkingan itu di manapun mereka berada. Pasar, warung, sawah, ladang, lereng-lereng bukit, bahkan di tengah jalan berlumpur sekalipun tak luput menjadi tempat bergunjing.

“Kau dengar suara teriakan subuh buta tadi, Jo?” tanya Surjan sembari menuntun kerbaunya. Lelaki itu sedang berjalan menuju sungai guna memandikan kerbau-kerbau piaraannya. Kemarin dia mendapat orderan untuk membajak sawah Mbah Yem, maka ia ingin memperlihatkan kebersihan kerbaunya sebelum terjun ke sawah.
Joroso yang sedang berjalan memanggul cangkul di belakang Surjan kemudian menimpali, “Itu suara Mbah Darso yang mengerang kesakitan, dukun sakti itu kini tengah mendekati ajal,” ucap Joroso sembari mengembuskan asap rokok. Kepulan-kepulan asap pun membubung di udara, menguarkan bau tembakau yang khas hingga ke pematang-pematang sawah.

Advertisements

“Jadi, Mbah Darso memang jatuh sakit?”

“Begitulah, kemarin aku sempat menengok ke rumahnya,” Joroso menimpali.

“Kamu datang ke rumah dukun santet itu? Kamu sering datang ke rumahnya?” dengus kakak kandung Joroso itu sambil melangkah. Hampir saja dia tergelincir di jalanan berlumpur bercampur tai kerbau miliknya. Sepertinya kerbau-kerbau itu sedang mencret. Hampir sepanjang jalan mereka terus mengeluarkan tai, membuat jalan menuju kali yang berlumpur itu semakin becek.

“Sepanjang dia tidak berbuat jahat padaku, aku tidak ingin berbuat jahat padanya,” Joroso berucap tegas. Mereka terus melangkah menapaki jalanan licin dan berlumpur.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan