Seringkali kita mencari cinta di tempat yang salah. Suatu pengalaman yang tidak dapat dialami sepenuhnya dalam hidup seperti perasaan aman, perasaan diakui dan diterima, serta perasaan bahwa kita adalah bagian dari sesuatu. Tujuan dari cinta untuk mendapatkan kebutuhan kebahagiaan jiwa, bukan hanya tentang kebutuhan jasmani.
Dalam konsep mencintai, ada kondisi menerima dan memberi. Pemberian bukan semata diartikan dari ketulusan bentuk material, namun juga ekspresi kualitas emosional yang positif, seperti kesabaran, ketulusan, pengertian, dan pengampunan. Kegagalan memahami cinta kadang diaktualisasikan dalam perilaku kekerasan dengan dalih pendidikan dan peringatan.
Seiring perkembangan zaman, cinta mulai mengalami degradasi makna hanya seputar dunia seksualitas. Padahal cinta ada yang melibatkan nafsu (eros), berbentuk persaudaraan dan persahabatan (philia), dan yang siap berkorban (agape). Itu merupakan fondasi paling dasar mengenai bentuk cinta empatik. Masih melibatkan rasa dan emosi.
Sementara puncak cinta adalah ajaran tentang keadaan dunia sebagaimana adanya. Membuka mata dan menawakan pengetahuan tentang realitas kehidupan. Tidak ada keterikatan, keromantisan, dan keintiman. Di antara pasangan punya hak menentukan tujuan dan pilihan hidup masing-masing. Hasilnya adalah kesadaran tentang pandangan keadilan sosial.
Cinta bisa tumbuh dari hubungan yang intensif. Ketika memutuskan mencintai, seseorang akan terlibat dalam sisi emosional pasangan. Tidak hanya mencintai karena peran positifnya, namun juga menerima kisah traumatisnya. Cinta tidak mengenal kalkulasi pemberian untuk mendapat untung dari pengorbanan pasangan.
Kasih universal mengajarkan tentang metode sederhana mencintai akan sebuah perbedaan. Memperluas objek cinta untuk membangun peradaban dengan saling mencintai dan dicintai. Sebab cinta adalah fitrah, sementara kebencian diajarkan atau ditularkan. Demokrasi menerapkan konsep dunia cinta dengan tidak yang mengharapkan orang lain untuk bertindak sesuai keinginan kita, melainkan berusaha untuk melampaui dirinya sendiri dengan mencintai orang lain yang seolah tak dapat dicintai.
Fanatisme Sosial
Ketika kampanye mencintai urung diterima masyarakat, muncul masalah baru tentang kegagalan mengontrol sikap kecintaan terhadap seseorang atau sesuatu. Ketidaksadaran manajemen cinta yang mengarah pada fanatisme malah berujung perpecahan. Politik identitas adalah contoh dampak dari brutalnya fanatisme memperjuangkan tokoh atau kelompok atau ajaran yang dicintai.