GEROBAK RINGKIH IBU
di matamu hujan turun
rinai seringai pilu mengalun
bunting padi menyapa petir
darah ujian belum berakhir
di bilik jalan tatap ribuan mata
gerobak ringkih jadi saksi nyata
deras lisanmu mendadak diam
nanar matamu melesat tajam
kerlip terang jalanan kunang-kunang
bukti bisu kita menyulam kenang
aku terjaga dari mimpi
menyeka air matamu di pipi
tangis konde dalam semesta rambut
menikam hati pertiwi yang lembut
binar di matamu kini pelangi
kembang di dadamu juga mewangi
malaikat riang hampar sayap
ruhmu dari hadapanku melesap
Ledokombo, 2024
DALAM DEKAPAN IBU
lesap barisan gulana risauku
jika kau dekap kepalaku
tenang yang kurasa
teduh bertumpang sentosa
di dadamu kutemukan surga
mata air pelenyap dahaga
duri mawar yang menusuk
tiba lenyap layu membusuk
aku datang tanganmu membentang
sungguh kudapati seribu bintang
erat kau dekap
damai kutangkap
jangan beranjak, ibu
dekapmu impian kalbu
Ledokombo, 2024
JANGAN MENANGIS LAGI, IBU
kalut kemelut aku ditinggal senyummu
senyum mawar yang ditebar setiap pagi
sekerat gundah memangkas tuntas riang
hingga memuramkan lampu-lampu kehidupan
mengeringkan sumber mata air harapan
memadamkan cahaya bulan di malam kelima belas
setiaku bersama ibu
hidupku untuk ibu
matiku kenang ibu
jangan lagi ada tetes air mata
agar terangku tak lagi gulita
agar sesatku temukan pelita
Ledokombo, 2024
BIDADARI BERBAJU PUTIH ITU IBUKU
langit muram
mendung mengendap
daun-daun rontok
permadani dibentang
ibu dijemput bidadari
melati dikalungkan
mukena putih dikenakan
ibu terbang melesat
seutas senyum semburat ucap
“kunanti di telaga terindah”
tangannya melambai
Ledokombo, 2024
Ilustrasi: pinterest.