Ihwal literasi dalam dewasa ini era 4.0 menuju 5.0 (baca: post-truth) merupakan suatu yang urgen serta “wajib” dimiliki. Saya memberikan petik kata wajib karena, jika seseorang tidak dibekali dengan literasi yang kuat, maka gampang tergelincir “masuk jurang” informasi provokasi. Sebaliknya, jika literasinya kuat, maka akan survive di era gempuran ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam banyak hal telah dijelaskan bahwa literasi bukan hanya mencakup baca dan tulis. Jika orientasi cuman baca tulis, masyarakat Indonesia berarti telah berkembang. Karena, berdasarkan penelitian-penelitian, buta aksara masyarakat Indonesia di zaman sekarang ini telah mengalami penurunan dan untuk tulis, hampir semua masyarakat telah bisa menulis.
Kang Maman dalam banyak kesempatannya selalu mengatakan bahwa literasi secara makro itu merupakan life skill (kecakapan hidup). Kecakapan hidup, menurut Brolin, adalah suatu kontinum kemampuan dan pengetahuan yang diperlukan seseorang secara independen dalam menghadapi berbagai problema kehidupan. Menurut Depdiknas, macam-macam kecakapan hidup meliputi ada kecakapan personal (self-awareness, thinking skill), kecakapan sosial, kecapakan akademik, dan kecakapan vokasional.
Sederhananya begini. Implikasi jika kita memiliki life skill (kecakapan hidup), maka kita akan lebih aware, mengolah berpikir kritis dalam pelbagai hal dan nantinya akan menjadi orang yang lebih bijak dalam menerima informasi. Contohnya, jika mau menyebarkan informasi, tentu kita akan melakukan kajian riset mini dulu terkait informasi tersebut.
Bagaimana jika literasinya orang tidak kuat? Apa yang terjadi? Begini penejelasannya. Ada penelitian yang menyebutkan bahwa minat baca masyarakat kita kaitannya dengan Ilmu itu masih rendah (malas), tetapi kalau masalah bikin status, berkomentar, bak kereta ekspres (baca: gercep). Bisa dibayangkan, tidak punya landasan bacaan tapi suka berkomentar (tentu hal-hal negatif yang keluar).
Hal tersebut kemudian dibenarkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Microsoft. Pihak Microsoft menyebutkan bahwa netizen Indonesia merupakan perhimpunan netizen dengan kategori yang tidak beretika, sangat tidak ramah. Secara mengejutkan memang betul, tidak berselang lama Instagram Microsoft diserang, dihujat oleh netizen Indonesia dengan nada yang sebenarnya tidak pantas untuk dikeluarkan.
Kereen,.. Branding Kaum Santri Lewat Literasi.. Setuju..
Nggeh, Matur nuwun …