Sebagai ibadah utama, salat merupakan salah-satu instrumen untuk menuju atau bertemu dengan Sang Pencipta. Hal ini telah ditegaskan dalam kitab-Nya yang menyeru manusia untuk melaksanakan salat demi memenuhi kebutuhan alam malakut. Sebab ibadah yang pertama kali diterima oleh Nabi Muhammad ini memiliki relasi ke seluruh ruang dan relung kehidupan umat manusia. Salat disebut merupakan hakikat dari segala ibadah. Tidak ayal bilamana konsekuensi dari tidak melaksanakan salat akan mendapat dosa yang nantinya kelak dimintai pertanggungjawaban.
Kira-kira begitu yang ingin ditegaskan oleh Haidar Bagir dalam buku Buat Apa Salat? Buku yang sekilas dilihat dari judulnya memancing pikiran untuk segera melahapnya. Mengapa tidak? Judul yang sangat provokatif, bertentangan dengan norma teologi Islam, ini patut dilahap cepat-cepat, sebelum melahirkan persepsi baru dari benak pembaca yang tidak-tidak.
Sejatinya, inilah yang —barangkali— tidak diperhitungkan oleh penulis (Haidar Bagir), yakni lahirnya persepsi baru “negatif” yang timbul dari pembacaan judul secara sekilas. Tetapi bisa juga, dengan meletakkan judul Buat Apa Salat? adalah sebagai bagian dari strategi pemasaran penulis dan penerbit untuk memikat pembaca. Sehingga, dengan memberi judul tersebut, diharapkan mampu menarik minat untuk cepat membacanya.
Inilah mengapa penulis (saya) dalam meresensi ini menjelaskan hal di muka sebelum mengoreksi dan mengapresiasi buku yang cukup laris di pasaran ini. Sejak diterbitkan untuk kali pertama pada 2007, hingga kini buku ini sudah naik cetak empat kali.
Secara keseluruhan, buku ini membahas manfaat salat dan kenapa seorang muslim harus salat. Namun, buku ini tidak hanya membahas manfaat salat dari segi amaliyah saja, dalam artian tidak hanya teoretis, tetapi juga dari segi empiris seperti halnya yang dilakukan ulama-ulama kaliber yang sudah tidak asing di kalangan umat Islam.
Sejatinya buku ini hendak mengajak pembaca agar mengoreksi ritual salatnya. Tidak heran bila, Haidar Bagir memberikan stimulus dengan menghadirkan referensi empiris agar mudah menarik pembaca, lebih eksplisit mengajak salat dengan baik dan benar.
Akan tetapi, di pertengahan buku, secara tidak langsung penulis membandingkan salat orang alim dan orang biasa. Maksudnya, contoh yang dihidangkan oleh penulis seolah disengaja. Pasalnya, panutan cara salat yang harus di-uswah-kan ialah ulama kompatibel; Ibnu ‘Arabi, Jalaluddin Rumi, Ibnu Sina, dan seterusnya. Ulama-ulama tersebut memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan keilmuan Islam.
Buku Buat Apa Salat? ini tampaknya memang sengaja dihadirkan demi mengembalikan kepercayaan manusia modern untuk semakin gigih dalam melaksanakan salat, mengingat salat untuk masa sekarang seolah kehilangan marwah. Bisa jadi salat yang memiliki substansi konkret dengan segala zaman.
Untuk masa sekarang, salat lebih sering terlihat sebagai ritual konyol yang hanya menghambat pemasukan finansial karena dianggap membuang waktu yang esensinya dipergunakan untuk bekerja demi memenuhi hasrat kapitalis.
Manusia hedonis selalu mengedepankan usaha untuk memperbaiki dan menjaga siklus kehidupan manusia. Sehingga time is money menjadi pijakan rasio dalam menjaga stabilitas harga diri di hadapan manusia lain.
Inilah problem teologi yang seharusnya mendapat perhatian khusus di kalangan pemuka agama, dan dari hal itu, Haidar Bagir melaui buku ini merespons agar tidak menyisir masyarakat konservatif atau pedalaman. Makanya untuk menemukan kejelasan dan kevalidan agar manusia hedonis bisa kembali menjalakan ibadah mahdah, barangkali melalui buku ini, bisa menarik kembali manusia-manusia hedonis yang seolah melupakan Tuhan sebagai pemberi segala yang ada di bumi.
Nah, bisa jadi dengan meletakkan judul seperti ini mampu memantik pembaca (yang hedonis) kembali menjalakan ibadah yang tidak bisa diwakilkan oleh siapa pun. Meskipun, secara sosio-masyarakat finansial menjadi kebutuhan utama, tetapi tidak menutup kemungkinan ibadah tetap menjadi pijakan untuk ber-muwajjah dengan Tuhan supaya tidak ada kecemburuan. Sebab jika Tuhan cemburu, maka tidak ada harapan bagi manusia untuk mendapat rida-Nya. Metode seperti ini bisa jadi sangat bagus untuk dipertahankan demi menjaga ukhwah islamiyah dan wathoniyah.
Data Buku
Judul: Buat Apa Salat?
Penulis: Haidar Bagir
Penerbit: Mizan Pustaka
Tahun Terbit: Edisi, III, Cet, I Februari 2021
Tebal Buku: 272 Halaman
ISBN: 978-602-411-208-1