Ada yang pelan-pelan tumbuh dari luka: harapan. Raja Ampat, gugusan surga yang jatuh di timur Nusantara itu, selama beberapa waktu terakhir menjadi panggung sunyi bagi…
View More Setelah Tambang Tiada: Tafsir Ekologi Seorang SantriKategori: Opini
Menukar Surga dengan Sekop Tambang
Malam itu, sunyi nyaris seperti ruang kosong di antara dua detak jam. Tik-tok. Saya sedang tenggelam dalam kerja sunyi menerjemahkan Islāḥ al-Māl untuk sebuah penerbitan…
View More Menukar Surga dengan Sekop TambangSurat Ketiga: Kepada Pak Darmanto Jatman (16 Agustus 1942–13 Januari 2018)
Pak Dar, Pada Semaan Puisi Edisi 81, Kamis, 12 Juni 2025, saya sedang berada di pinggiran Yogyakarta—tepatnya di Kali Bedog, Gamping, Sleman. Meski secara fisik…
View More Surat Ketiga: Kepada Pak Darmanto Jatman (16 Agustus 1942–13 Januari 2018)Santri dan Tanggung Jawab Intelektual
Dalam tradisi pesantren, kita diajarkan untuk mencintai ilmu dengan sepenuh hati. Kita belajar nahu, saraf, balaghah, manthiq, bahkan hingga ilmu hadis dan ushul fikih, sebagai…
View More Santri dan Tanggung Jawab IntelektualEmpirisisme vs Rasionalisme: Dialektika Nalar di Pesantren
Pondok pesantren, sejak masa awalnya, telah menjadi ruang dialektika yang hidup antara tradisi dan nalar. Di balik dinding-dinding surau dan gelaran tikar di bawah cahaya…
View More Empirisisme vs Rasionalisme: Dialektika Nalar di PesantrenSurat Kedua: Kepada Pak Dipo (28 Juni 1928–9 Mei 1982)
Bapak Mohammad Diponegoro (selanjutnya: Bapak Dipo, Pak Dipo), izinkan saya menulis dan mengirimkan surat ini sebagai bentuk pekabaran, atau barangkali sekadar tanda hormat dan rindu,…
View More Surat Kedua: Kepada Pak Dipo (28 Juni 1928–9 Mei 1982)Menilik Konsep Ashabiyah Ibnu Khaldun dalam Tubuh Sedulur Sikep
Dalam membicarakan ketahanan sebuah komunitas menghadapi gelombang perubahan zaman, konsep ashabiyah yang diperkenalkan oleh pemikir Muslim abad ke-14, Ibnu Khaldun, masih sangat relevan. Dalam karyanya…
View More Menilik Konsep Ashabiyah Ibnu Khaldun dalam Tubuh Sedulur SikepBerdiri di Atas Semua Golongan: Prinsip yang Hidup di Hubulo
“Kamu NU atau Muhammadiyah?” Pertanyaan itu sering saya dengar ketika duduk di bangku kuliah. Saya yang tumbuh di lingkungan pesantren merasa heran. Bukan karena tersinggung,…
View More Berdiri di Atas Semua Golongan: Prinsip yang Hidup di HubuloSurat Pertama: Kepada Chairil (26 Juli 1922–28 April 1949)
Chairil, surat ini saya tulis bukan karena saya rindu membaca Gerakanmu bersama Asrul Sani dan sejumlah seniman muda kala itu hingga melahirkan Surat Kepercayaan Gelanggang.…
View More Surat Pertama: Kepada Chairil (26 Juli 1922–28 April 1949)Relasi Kuasa di Pesantren: Perspektif Foucault
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua dan paling berpengaruh di Indonesia sejak abad ke-18. Sebagai pusat pembelajaran agama dan pengembangan keilmuan Islam, pesantren berperan…
View More Relasi Kuasa di Pesantren: Perspektif Foucault