Perjalanan ke Cirebon bermula dari sesuatu yang tampak remeh. Pada 7 Desember, di rumah Halim Pohan, Jalan Madrasah, Kukusan, Depok, kami menghabiskan waktu siang dengan obrolan santai. Topiknya berkelindan tanpa arah yang pasti: dari remeh remeh hingga konflik internal di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang kerap muncul dalam percakapan warga Nahdliyin.

Di sela-sela itu, pembicaraan mengerucut pada kajian Tafsir Mafâtîh al-Ghaib atau Tafsir Ar-Razi—kitab tafsir berat dan berlapis—yang diasuh oleh guru kami, KH Said Aqil Siradj, dan rutin digelar dua kali sepekan, setiap Kamis malam dan Ahad malam. Dari situlah muncul rencana: memublikasikan hasil kajian Tafsir Ar-Razi secara berkala di kolom khusus duniasantri.co.

Sepulang dari rumah Halim Pohan, kami melanjutkan silaturahmi ke kediaman sastrawan Jamal D. Rahman—penulis, budayawan, dan mantan Pemimpin Redaksi Majalah Horison. Ketika mendengar rencana publikasi Tafsir Ar-Razi, Kang Jamal, sapaan akrabnya, sontak bereaksi dengan antusias.
“Wah, itu luar biasa. Sangat luar biasa,” katanya. Ia menekankan bahwa Tafsir Ar-Razi bukan kitab yang mudah disentuh, apalagi dikemas untuk publik luas. Respons itu membuat Mukhlisin, penanggung jawab pengelolaan web duniasantri.co, tampak berbinar; Chandra pun mengangguk kagum. Seolah ada pengesahan moral bahwa rencana yang semula terdengar nekat itu justru menemukan pijakannya.
