DIMENSI KEDUA

242 kali dibaca

ENTITAS DIMENSI KEDUA 

Halaman Rumah/

Advertisements

setelah tiba, angin menggigil menahan sepah melodrama kota

seberapa kali aku menelusup pada rerintihan sederhana itu

Kembangsoka, akurat saja aku mematungi surga kecil-kecilan, tumbuh

menimbuni pekatan masa lalu dan kepatahan masa depan

karena itu, aku katakan yang mesti berujung adalah

kepahitan syukur di pundak ibu;

opor ayam yang dibumbui keningnya halau gundah

dan rujak dengan nasi jagung menguning tubuhnya tambah benderang

dan pelik kesadaran di pergelangan tanganmu ayah

apalagi, rumahmu disini, surgamu disini nak!

pulanglah aku di sini, sejenak saja

sepah itu kan kusirnai lewat senjata doaku

_untukmu hingga kelak kematian.

Di Perantauan/

aku karam, iya

aku tumbuh, iya. bayangan itu lagi-lagi mencambuknya menjelma dimensi.

pada akhirnya semua kepala memotret,

bagian-bagian dengan mempawah hulu masing

ingat senjata itu dari bibir keringmu, meletuslah ingatan jernihku

_kemudian mengajarkan jarak sebagai kesimpulan yang tak pernah terangkum

bahwa di sini sebagai dimensi pengembaraan setelah halaman ayu menempel

maka aku peluk jelajah; terbentang hadiah tuhan maha luas

_karena terkadang kita lupa sepahan itu hanya bisa dilahirkan namun tiada berujung, tidak.

dimensi ini

_kekal.

ternyata diriku bukan asing lagi dari semacam biri-biri buah syak. kini Kembangsoka dan tanah itu juga berubah pelukan serupa seri wajah ibu, sampai kini menyadari bahwa jeda tak selama jarak jauh dan menyedihkan. akan selalu ada di hati antara keduanya. semisal rindu terhunus, satu-satu kan tetap menjelma jadi penawar.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan