Gus Islah, Penantang Wahabisme dari Madura

4,344 views

Hari-hari ini, nyaris tak ada yang selantang Gus Islah dalam menantang gerakan Wahabisme-Salafisme atau intoleranisme, ekstremisme, radikalisme, dan terorisme atas nama agama. Biasanya, meskipun menolak, mayoritas yang berpaham moderat lebih banyak diam, menjadi silent majority. Tapi kini telah muncul penantang dengan suara lantang yang datang dari Pulau Garam, Madura.

Namanya Islah Bahrawi, biasa disapa Gus Islah. Pria bertubuh gempal ini dilahirkan di Bangkalan, Madura, pada 21 April 1971 dari pasangan H Bahrawi Qorib dan Hj Faizah Zayyadi. Gus Islah memulai pendidikan dasar di SDN Kranggan Timur, Kecamatan Galis, Bangkalan, tahun 1977. Kemudian, ia melanjutkan ke SMPN 1 Blega dan seterusnya ke ke SMAN 2 Bangkalan. Saat duduk di bangku SMA inilah, Gus Islam mulai nyantri di Pondok Pesantren Syaikhona Muhammad Kholil, Demangan.

Advertisements

Dari kecil, Gus Islah lebih banyak diasuh oleh kakeknya yang seorang kiai di Madura. Kakek Gus Islah ini teman seangkatan dengan Kiai Asad Syamsul Arifin, Situbondo, Jawa Timur. Gus Islah harus tinggal bersama kakeknya karena kedua orangtuanya harus bermukim di Jakarta lantaran tidak aman di Madura. Musababnya, orang tuanya menjadi incaran penguasa lantaran getol berkampanye untuk Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Di zaman itu, berafiliasi selain dengan Golongan Karya (Golkar) dianggap “musuh” penguasa.

Adu Nasib ke AS

Setelah lulus SMA pada 1989, Gus Islah menyusul kedua orangtuanya ke Jakarta. Meskipun lahir dari keluarga kurang mampu yang berjualan besi tua, Gus Islah ngotot untuk bisa kuliah. Di Ibu Kota, Gus Islah mengambil studi Jurusan Sastra Inggris Fakultas Sastra Universitas Nasional (Unas). Agar kuliahnya tak putus di tengah jalan, Gus Islah nyambi bekerja. Saat itu, ia bekerja sebagai wartawan Suara Pembaharuan selama 2,5 tahun. Di samping itu, ia juga mendirikan perusahaan kontraktor pameran bersama dengan seorang temannya.

Setelah lulus kuliah, pada 1997 Gus Islah menikahi Musdalifah dan terus melanjutkan usahanya. Sayangnya, bisnisnya ikut terdampak krisis moneter dan ia harus terlilit utang yang ketika itu nilainya sekitar Rp 400 juta. Gus Islah akhirnya memutuskan untuk merantau ke Amerika Serikat mencari kerja. Ia berangkat ke negeri Paman Sam dengan mengikuti program pemberangkatan mahasiswa untuk memperlancar mendapatkan visa.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan