Kemunculan Zein Assegaf alias Habib Kribo menambah gempar konflik agama, khususnya Islam di zaman modern. Pernyataan-pernyataan yang kontroversial menimbulkan konfrontasi sesama muslim. Beberapa di antaranya kritik tentang bangsa dan budaya Arab, metode dakwah FPI, praktik Islam radikalisme, hingga penyematan badut politik. Sontak keberanian Habib Kribo menimbulkan amarah sebagian umat muslim yang dianggap sebagai penghinaan agama dan ulama.
Menurut Habib Kribo, kekerasan harus dibalas dengan kekerasan agar melahirkan kelembutan. Sudah cukup ulama diam membiarkan aksi anarkisme berbaju agama yang bisa menimbulkan kegaduhan dan perpecahan di tubuh NKRI. Pengultusan ulama bergelar habib dianggap bentuk pencemaran agama Islam yang mengajarkan kerendahhatian, kasih-sayang, dan saling menghargai.
Sikap dan perilaku takfiri muslim kekinian membuat gerah Habib Kribo yang pada akhirnya semakin menambah konflik internal di kalangan ulama (habaib). Kenapa ada sesama habib yang saling menolak metode dakwah, bahkan saling mencaci maki? Lalu metode dakwah habib yang mana yang benar (harus diikuti)?
Pertanyaan tersebut tentu muncul seiring saling serangnya habib-habib di Indonesia. Masyarakat awam yang diajarkan untuk mencintai ahlul bait Nabi Muhammad ditentang oleh Habib Kribo, bahwa habib sama derajatnya dengan manusia pribumi. Bahkan menurutnya, banyak ulama Indonesia yang jauh lebih alim dari habaib di Indonesia. Pengkultusan inilah yang menjadi fokus Habib Kribo agar memperlakukan habaib sama. Penilaian ulama berdasarkan perkataan dan perilakunya, bukan gelarnya.
Dari kasus tersebut dapat disimpukan bahwa komunitas habib tidak selalu homogen. Dalam komunitas tersebut terdapat yang ekstremis jumud, moderat, bahkan liberal. Berbagai pernyataan Habib Kribo yang menganggap semua agama sama dalam mengajarkan nilai-nilai kebaikan memicu keraguan gelar habib yang disandangnya. Beberapa di antaranya menyatakan bahwa Habib Kribo telah terpapar Islam liberal dan juga termasuk habib beraliran Syiah.
Namun dari berbagai kontroversi Habib Kribo, ada pernyataan menarik bahwa agama itu benar, mungkin menjadi salah ketika sudah masuk di kepala penganutnya. Sehingga ada cara-cara yang dilakukan manusia dengan mengatasnamakan agama, namun tidak mencerminkan esensi dari agama itu sendiri.