TERTIMBUN HUJAN
dari halaman madrasah
anak-anak tertimbun hujan
bertengkar dengan sejarah
tubuhnya gigil ditopang tiran.
dan dalam tasnya, buku itu
menaruh jutaan rindu.
Pamekasan, 2024.
DI BATAS RUANG ITU
di batas ruang itu,
kita menonton keluh tersendat-sendat
cuaca dan iklim politik.
dengan tergesa-gesa.
*apakah permainan sudah usai
lakon baru saja dimulai?
ujung-ujungnya masih tumpul
balutlah pada dinding waktu
dan detak kenyataan.
yang satu api
yang dua kayu
yang tiga hendak api, kayu, dan arang.
mungkin maksudnya,
dengan menunggangi kursi
ia sakti dalam inti.
Pamekasan, 2024.
*Imajinasi yang digunakan oleh Sapardi Djoko Damono dalam sajak “Perihal Waktu”.
GERSANG LUKA
kami mengais gersang luka, dari lidah setajam pisau.
dan kami mengupacarakan lejit pongah
yang bertebar di handphone nan televisi.
air mata kami bercampur doa-doa
menetes, tepat musim hijrah ke lumbung samudra.
Pamekasan, 2024.
ORANG-ORANG DESAK
bermacam-macam riak
nelangsa ke riuh
dada.
betapa aku
seumpama pagi
dikepung tekukur
orang.
kepada kota
yang ramai,
kepada desa
yang setiap jengkal
terbuat dari kesunyian.
aku sepi,
tapi kenapa kamu
hendak
mematahkan
takdir?
Pamekasan, 2024.
INTINYA
tetapi aku ditantang kembara api
dalam kematangan jiwa yang jernih.
sedih memang ketika air mata
diam-diam menyimpulkan kehendak luka.
*”juru peta yang Agung, di manakah tanah airku?”
kemudian senja melintasi trotoar