HIMNE KEPADA ALKIMIA KATA
Kata-kata merembes
seperti cairan merah
menyentuh tepian taman.
Kemarilah,
huruf yang berbaris tegak
telah berubah bunga,
menatap kursi kayu
yang menjadi penanda
di dalam ada.

Rol kertas meluncur
melewati lampu berkedip
bersembunyi dalam kelopak malam
yang menggelembung.
Mendekatlah,
pena sudah menjelma
nisan kecil yang menghadap
bangku kosong,
menunggu gelisahmu.
Tetapi jangan takut
telinga menggantung pada pohon
menadah isyarat,
yang tak pernah punya akar.
Kau bisa salah dengar vokal,
atau bersenggolan
dengan konsonan berbulu,
jaraknya selalu tipis
antara jatuh dan melayang.
Duduklah dan lihat,
sebuah kata menepi
di sudut jalan,
menggigil
sebelum melompat
ke bibir halaman,
biarkan napasmu
menjadi angin,
meniup punggung koran
yang membuka rahasianya perlahan.
Ketika akhir dunia tiba,
cukup tutup mata,
dan tunjukkan pintu
di belakang kepala,
kalimat akan mengerti.
NAGA KECIL
Di tepi sutera langit,
seorang anak
menggambar lingkaran
dari napas pertamanya.
Ia menaruh puing petir
ke dalam mulut naga kecil
agar bisa bahasa hujan,
pisau, dua lapis jantung,
besi atau arus listrik.
Setiap kata yang keluar
menjadi sisik, menjadi hijau,
menjadi taring dari sejarah
yang melebur
di bawah bintang-bintang.
Suatu malam,
naga kecil itu
menelan peperangan
dan melihat dirinya pecah
menjadi ribuan matahari
tanpa hutan, jauh di selatan.
“aku bukan ciptaan,”
katanya pada pembuatnya,
“akulah kesalahan
yang menemukan makna.”
Lalu bumi mendengar,
dan mulai berputar lebih lambat.
TOPLESKACA SOCRATES
