Hubungan Santri dengan Kiai

411 views

Ketika berada di pondok pesantren, santri harus belajar dengan benar dan mengaji dengan tekun agar seluruh ilmu yang diajarkan di pesantren dapat dipahami dan diamalkan ketika ia sudah menjadi alumni atau sudah menjadi pengajar ketika sudah keluar dari pesantren.

Seluruh ilmu yang diajarkan di pondok pesantren merupakan ilmu yang baik dan yang sesuai dengan tuntunan agama. Maka dari itu, santri merupakan orang-orang pilihan yang dapat ditakdirkan untuk memperdalam ilmu agama. Karena, banyak di luar sana yang ingin belajar dan memahami ilmu agama namun terhambat biaya atau sebab lainnya.

Advertisements

Para santri yang sudah memperoleh restu dan rida dari orang tua untuk belajar di pondok pesantren merupakan golongan yang sangat beruntung. Dengan begitu, ia dapat mempelajari dan memahami ilmu agama yang dapat diamalkan kepada orang lain, terutama kepada keluarga dan saudara-saudara.

Namun, selain tekun sabar dalam belajar, ada syarat lain yang harus dijalani selama berada di pondok pesantren. Misalnya, seorang santri selama di pondok pesantren harus memiliki dan membangun hubungan batin yang erat terhadap kiai atau guru, juga orang tua. Ketiga komponen ini akan memiliki  pengaruh sangat penting bagi keberhasilan seorang santri yang sedang belajar di pondok pesantren.

Kiai atau guru di pondok pesantren pasti memiliki cinta dan memiliki rasa kasih sayang terhadap santri-santrinya. Sebab, seluruh santri telah menjadi tanggung jawab kiai atau gurunya. Ini karena orang tua santri telah menitipkan atau memberikan amanah atau telah menyerahkan pengasuhan anaknya kepada kiai.

Dalam tradisi pesantren, ketika orang tua telah mengantarkan anaknya ke pondok, itu berarti telah menyerahkan sepenuhnya kepada kiai atau guru untuk dididik, dibina, dan diajarkan ilmu agama dengan harapan dapat memperoleh manfaat dan barokah dari ilmunya.

Semua itu akan terlaksana jika antara santri dan kiai memiliki hubungan erat di dalam batin. Jika terbangun hubungan batin yang erat itu, maka santri akan memperoleh kemudahan jalan untuk belajar di pondok pesantren, mudah untuk menghafal kitab-kitab yang ada di pondok pesantren, mudah diberi nasihat oleh kiai, dan mudah untuk mengabdikan dirinya untuk pondok pesantrennya dan masyarakat luas.

Hakikat proses pembelajaran santri seperti ini tidak didapatkan ketika kita belajar di sekolah biasa atau di luar pesantren. Sebab, di sekolah di luar pesantren kita biasanya hanya berdasarkan kurikulum dan ilmu-ilmu umum. Namun, ketika kita berada di pondok pesantren, kita akan memperoleh pendidikan yang lebih. Di pondok pesantren, kita juga memperoleh pendidikan spiritual dan karakter.

Misalnya, mengerjakan apa yang diperintagkan kiai atau memperoleh nasihat dari kiai dengan gaya dan cara khas merupakan salah satu bentuk kepedulian kiai terhadap santri untuk memberikan pendidikan karakter dan pendidikan spiritual. Tidak ada kiai yang mau santri yang belajar di pondok pesantrennya menjadi orang yang tidak bermanfaat bagi keluarga dan bagi masyarakat pada umumnya. Karena itulah, dengan berbagai cara dan gaya, seorang kiai akan memberikan pendidikan terbaik kepada semua santrinya.

Seperti kita lihat banyak contoh pada umumnya kiai yang sudah tersohor namanya di dunia pondok pesantren atau di Indonesia. Mereka berhasil dalam berdakwah bukan hanya mengandalkan intelektual. Saat masih menjadi santri, para ulama ini memiliki hubungan batin dengan semua gurunya sehingga gurunya pun meridai segala hal kebaikan yang dilakukan oleh ulama tersebut. Hal itu yang memudahkan kesuksesan ulama atau kiai tersebut dalam berdakwah atau menyebarluaskan ajaran-ajaran yang telah diajarkan di pondok pesantren. Karena, pada hakikatnya, guru itu merupakan orang tua kita juga. Orang tua dalam bidang pendidikan kita, dalam membentuk moral dan intelektual kita.

Oleh karenanya, jika mengaku sebagai santri, maka kita harus mengikuti dan meyakini sepenuhnya bahwa guru kita, kiai kita, akan membawa kita menjadi orang yang lebih baik sebagaimana pada potongan nadzom imriti yang berbunyi  و كل من لم يعتقد لم ينتفع , yang artinya “setiap orang yang tidak berkeyakinan, maka ia tidak dapat memperoleh manfaat.”

Multi-Page

Tinggalkan Balasan