PESAN UNTUK IBU
Pahlawan mana lebih hebat darimu, Ibu
Dengan senyum kasihmu
Aku menghirup udara
Menginjak tanah
Menghitung angka
Mengeja alif ba ta sampai ya
Lesu menyelimuti
Lembut suaramu ku rasa
Lagu “nina bobok” berdendang
Merasuki jiwa yang cupu
Dengan aliran air seni
Yang tersiram ke wajahmu
“Oh, anakku tercinta”
Syahdu lisanmu menyeru
Betapa sabarmu adalah mutiara
Tak ada harga saking mulyanya
Rengek yang kau dengar
Menghias senyum di bibirmu
Sambil berucap
“Diamlah buah hatiku”
Sementara malam telah larut
Indah kedua matamu
Masih menyajikan kasih sayang
Kepada bayi yang kini berlumur dosa
Maafkanlah jiwa Malin Kundangku, Ibu.
PESAN UNTUK AYAH
Ribuan jejak kau buat
Disiram keringat juang
Menelaah arti kasih sayang
Aku rasakan manis
Tegak tubuhmu yang kian rapuh
Bukti anakmu hidup dalam pelukan
Kencing manis yang menjajalmu
Saksi diri ini lupa menyebutmu dalam dialog doa
Ampunilah khilafku
Jendela durhaka selalu ku masuki, dan
Tak satu pun keluh kau umbar
Terminal sesal telah kutuju
Inilah anakmu,
Dengan segudang salah
Ingin merangkulmu
Dalam sadar kedewasaan.
INILAH ANAKMU
Tumpukan asa berhasil ku eja
Tak satupun yang sempurna
Hanya benih dusta-dusta
Menjumpai langkah
Mananam alpa, dan
Lebur dalam rahasia
Matahari berganti bulan
Kasihmu tetap saja tersalur
Lewat doa-doa yang kau rapal
Putih rambutmu,
Menyindirku yang belum tau arah
Menamparku atas kedurhakaan
Menagihku membuat mawar
Ah, diriku hina
Di puncak kedewasaan
Terima kasih atas sabarmu
Terima kasih atas doamu
Dua pelita hidup; ayah dan ibu.
ilustrasi: “ibu” karya barli sasmitawinata.