Sebagian besar umat Islam tentu telah mengetahui bahwa surat yang turun pertama sebagai wahyu kepada Nabi Muhammad adalah al-Alaq. Surat yang terdiri lima ayat ini menjelaskan tentang perintah tentang membaca, iqra, atau menuntut ilmu dan belajar. Namun, adakah yang bertanya-tanya, kenapa bukan al-Alaq yang menjadi pembuka atau ditempatkan pada urutan dalam al-Quran yang kita kenal sekarang ini?
Kita semua tahu bahwa al-Quran dibuka dengan surat al-Fatihah, dan ditutup dengan surat A-Naas. Bukankah surat yang pertama turun adalah al-Alaq? Lalu mengapa al-Fatihah menjadi surat pembuka dalam al-Quran?
Secara umum, mengenai urutan penempatan surat, pendapat para ulama terbagi menjadi dua. Mayoritas ulama berpendapat bahwa tata urutan surat-surat al-Quran adalah bersifat ijtihadi (usaha pemikiran), yakni hasil pemikiran para sahabat, termasuk Sahabat Utsman dan lain-lain. Hal ini dibuktikan oleh beberapa mushaf dahulu yang mempunyai tata urutan yang berbeda. Misalnya, mushaf Sahabat Ali yang disusun berdasarkan urutan turunnya ayat (asbabun nuzul).
Pendapat kedua, menyebut bahwa tata urutan surat-surat dalam al-Quran adalah bersifat tauqifi, yakni atas petunjuk Rasulullah, bukan hasil pemikiran para Sahabat. Di antara ulama yang menegaskan bahwa urutan surat dalam al-Quran itu berdasarkan dalil adalah Abu Ja’far an-Nuhas. Beliau menyatakan “Sesungguhnya urutan surat seperti yang ada di mushaf sekarang adalah dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (dalam an-Nasikh wal Mansukh fil Quran, hlm. 158).
Mengacu pada pendapat kedua, penempatan surat al-Fatihah menjadi surat pertama adalah atas petunjuk Nabi. Namun, peletakan al-Fatihah menjadi pembuka sangat logis karena hal itu sesuai dengan arti nama surat al-Fatihah itu sendiri, yaitu pembuka. Al-Fatihah mengandung makna global yang akan dirinci dalam al-Quran secara keseluruhan. Dan ini merupakan alasan terbesar mengapa surat al-Fatihah berada di urutan pertama dalam al-Quran.