Khatib Salat Jumat

28 views

Junaidi mendongakkan kepala begitu mendengar suara yang tidak asing berasal dari mihrab masjid. Di balik mimbar sudah berdiri seorang pria bergamis putih, lengkap dengan serban putih yang melilit kepalanya, sedang membetulkan mikrofon sembari berdeham tiga kali.

Tidak hanya Junaidi, deham pria itu turut mengundang jemaah lain menatapnya. Dia Aba Husein, usianya enam puluh, khatib senior sekaligus merangkap imam masjid di kampung.

Advertisements

“Ma’asyiral muslimin rahimakumullah. Alhamdulillah, pada Jumat yang mulia ini kita masih diberi kesempatan untuk bersama-sama menjalankan ibadah salat Jumat tanpa ada halangan suatu apa pun. Marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT, semoga ketakwaan itu bisa menyelamatkan kita dari api neraka dan menempatkan kita di dalam surga-Nya.”

Aba Husein memulai khotbahnya. Suaranya kemerosok bak radio tua yang tidak mampu menangkap gelombang siaran dengan baik. Jemaah mengerutkan kening mengetahui suara itu berasal dari amplifier TOA yang sudah berkali-kali diperbaiki, namun tetap saja suara yang dihasilkan mengganggu pendengaran.

Sebagai seorang yang dipercaya menjadi tokoh agama di kampung, Aba Husein merasa berhak menuntun umat untuk meningkatkan nilai ibadah. Seperti yang sudah-sudah, materi yang dibawakan Aba Husein tidak jauh dari ihwal surga-neraka. Ia selalu menekankan agar umat senantiasa menjaga hubungan dengan sang Khalik. Padahal, jemaah sudah jenuh dengan instruksi yang itu-itu saja. Bukannya mereka mengabaikan bagaimana tata cara beribadah untuk meraih surga-Nya, namun ada satu lagi nilai yang tidak kalah penting terlupa dari Aba Husein, yaitu tata cara berhubungan dengan sesama manusia.

Junaidi menarik napas dalam-dalam, melegakan dadanya yang terasa menyempit. Suara khatib menenggelamkan helaan napasnya. Suara Aba Husein makin menggelegar.

“Bukannya Jumat ini jatahnya Mas Ali, ya?”

“Harusnya iya. Tahu sendiri ‘kan Aba suka nyerobot jatah orang.”

Terdengar kasak-kusuk tepat di belakang saf Junaidi. Tidak banyak yang berani berbisik-bisik jika berkenaan dengan Aba Husein. Orang-orang memilih diam daripada terkena masalah. Kedua jemaah kembali terdiam seperti yang lain; menyimak apa yang diucapkan sang khatib.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan