Kiai Basyir dan Salat Jamaah

Sekitar tiga tahun lalu, sebelum mondok di Pondok Pesantren Annuqayah Latee, Sumenep, Madura, saya sudah dikenalkan dengan seorang sosok sentral pengasuh pesantren tersebut, KH Ahmad Basyir Abdullah Sajjad. Tulisan ini akan sedikit bercerita tentang keistimewaan beliau.

Sesampainya di Latee, barulah saya mengetahui bahwa Kiai Basyir telah wafat. Sebelumnya, saya hanya sempat bertanya, “Siapa pengasuh di Latee?” Tentu saja jawabannya adalah, “Kiai Basyir.” Sayangnya, saya lupa menanyakan apakah beliau masih hidup atau sudah wafat.

https://www.instagram.com/jejaringduniasantri/

Dari situ kemudian, saya mendengar banyak cerita sekaligus kisah karomah Kiai Basyir dari para santri senior. Salah satu yang membuat saya cukup terpukau adalah ketekunan dan keistikamahan beliau dalam melaksanakan salat berjamaah bersama para santri.

Beliau dikenal sebagai seorang kiai yang sangat menjaga salat berjamaah. Bahkan, ada salah satu dawuh beliau yang cukup populer, “Tirakatnya santri Latee cukup istikamah salat berjamaah,” (kurang lebih demikian). Hingga di saat sakit menjelang wafat pun, beliau tetap berusaha memaksakan diri untuk memimpin salat berjamaah di musala.

Ada sebuah kisah menarik terkait hal ini. Suatu hari, Kiai Basyir sedang dalam perjalanan. Ketika tiba waktu salat Zuhur, beliau tak kunjung datang. Para santri tetap menunggu di musala sambil berzikir. Hingga waktu hampir mendekati Asar, tanda-tanda kedatangan kiai belum juga terlihat.

Akhirnya, para pengurus berinisiatif meminta kesudian seorang santri senior untuk menggantikan kiai menjadi imam. Awalnya, santri tersebut merasa keberatan karena khawatir kiai tiba-tiba datang. Namun, karena waktu sudah begitu mepet, pada akhirnya ia pun terpaksa maju mengimami salat.

Begitu salat selesai, Kiai Basyir tiba-tiba datang dan bersiap untuk mengimami. Mengetahui bahwa salat berjamaah sudah selesai dilaksanakan, Kiai Basyir sontak marah dan akhirnya memberikan hukuman kepada semua pengurus, termasuk santri yang mengimani tadi.

Dari cerita ini bisa kita pahami sekali lagi bahwa Kiai Basyir merupakan sosok begitu menjaga salat, lebih-lebih salat berjamaah.

Terakhir, saya ingin menceritakan pengalaman pribadi dan menjadi alasan utama saya membuat tulisan ini.

Waktu itu, siang hari bulan ramadan. Azan Zuhur baru saja selesai berkumandang. Namun, entah mengapa mata saya diserang kantuk, hingga terlalu berat untuk sekadar mengangkat kelopak mata.

Saya pun kalah dan tertidur, tanpa sempat melaksanakan salat Zuhur. Memasuki alam mimpi.

Saya berada di sebuah musala. Musala ini begitu familiar. Tidak salah lagi, ini musala Latee. Beberapa santri terlihat sudah siap melaksanakan salat berjamaah sembari membaca zikir. Baju putih, songkok, dan sarung tampak sudah melekat rapi di tubuh mereka. Sementara saya hanya memakai kaus dan sarung. Duduk di barisan paling Utara, beberapa saf dari depan, entahlah saya tidak ingat betul.

Selang beberapa lama kemudian, kiai keluar dari kediaman beliau dan menuju ke musala bersiap untuk mengimami, dan yang saya lihat adalah Kiai Basyir. Beliau masuk dari pintu barat daya. Namun, bukannya ke tempat imam, kiai justru mendekati saya seakan-akan saya orang asing.

Beliau lalu mengatakan, “Ayo salat! Sudah ambil wudhu?”

Seketika saya langsung sadar dan terbangun dari mimpi. Saya melihat jam, dan kalau tidak salah sekitar setengah satu WIB, waktu hadiran (salat berjamaah) Zuhur di Latee.

***

Semoga diakui sebagai santrinya. Al-Fatihah…

Multi-Page

Tinggalkan Balasan