Pada 1980-an, rezim Orde Baru bermegah-megahan dan menghambur-hamburkan hasil booming minyak bumi Indonesia. Pemerintahan Orde Baru memboroskan miliaran dollar AS untuk membeli lahan-lahan kosong dan membangun gedung-gedung megah pada masa itu.
Di belahan bumi yang lain, dalam kurun waktu yang hampir sama, bangsa China, yang dipimpin oleh Partai Komunis China, mulai membangun masa depannya. Fondasi pertama adalah membangun struktur dan infrastruktur pendidikan modern berstandar Eropa atau Amerika. Kemudian, fondasi kedua adalah program beasiswa pendidikan tinggi di negara-negara maju, khususnya Amerika Serikat, bagi pelajar-pelajar terbaik bangsa China.
Fondasi ketiga adalah laboratorium riset yang dibangun oleh para doktor dan profesor, dengan berbagai disiplin keilmuan, yang telah lulus kuliah dan pulang kembali ke RRC. Fondasi keempat adalah struktur dan infrastruktur industri dalam negeri dari hulu hingga hilir yang dilindungi oleh undang-undang negara. Pemerintah China menggunakan kebijakan industri untuk mengembangkan keahlian dalam ekstraksi, pemisahan, dan penyempurnaan Logam Tanah Jarang.
Sekarang, pada abad milenial ini, kita menyaksikan perbedaan bagai bumi dan langit antara Republik Indonesia dengan Republik Rakyat China. RRC adalah pemain kunci kelas dunia dalam produksi Logam Tanah Jarang (LTJ) atau Rare Earth Elementh (REE). LTJ merupakan unsur penting dalam pembuatan memori komputer, dvd, baterai isi ulang, telepon genggam, catalytic converter, sensor, magnet, lampu neon, layar sentuh, kamera, tabung hampa udara, panel surya, satelit, pesawat antariksa, busi, hulu ledak nuklir atau mobil listrik.
Dari abad ke-16 hingga ke-20, para wali, kiai, dan santri serta segenap elemen bangsa Indonesia melakukan gerakan perlawanan terhadap penjajahan kolonial Belanda, gerakan kebangkitan nasional dan gerakan perlawanan terhadap pendudukan Jepang. Ketika dialog panjang Islam dengan budaya Nusantara, khususnya Jawa, mencapai titik kulminasinya, pribumisasi Islam telah matang.
Puncaknya adalah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 1945 oleh Soekarno – Hatta mewakili segenap bangsa Indonesia. Kata Pram: “Selepas Kerajaan Majapahit, bangsa Indonesia belum pernah dipersatukan, maka bangsa baru yang mencakupi kepulauan yang jauh lebih besar dari Kerajaan Majapahit ini dapat dipersatukan dengan beberapa faktor yang sedikit banyaknya memiliki persamaan dengan sarana modern yang diperlukan: bahasa Melayu sebagai lingua franca, Islam sebagai kepercayaannya.
Dalam kurun 1945-1949, para pahlawan berjuang mempertahankan kemerdekaan RI dari agresi militer sekutu/Belanda. Pada 1949, Sidang PBB mengakui secara penuh kedaulatan negara Republik Indonesia. Sebenarnya sejak 1950, pada masa pemerintahan Soekarno-Hatta, pemerintah berjuang untuk mengentaskan kemiskinan dan kebodohan rakyat Indonesia setelah ditindas dan dijajah selama hampir 500 tahun. Namun, sejak 1966-1998, dalam 32 tahun saja, pemerintah Orde Baru menghancurkan nyaris semuanya, jerih payah perjuangan para pahlawan bangsa untuk menciptakan bangsa Indonesia yang maju, beradab, sejahtera, adil, dan makmur.
Saat ini, 500 tahun sejak keruntuhan Majapahit, bangsa Indonesia masih tertinggal atau bahkan semakin tertinggal khususnya dalam bidang ilmu fisika, matematika, biologi, kimia, astronomi, rekayasa material, dan teknologi dari bangsa-bangsa lain yang lebih maju terutama bangsa-bangsa Eropa dan Amerika Utara. Dalam isu geopolitik dan geostrategis masa kini, yaitu Logam Tanah Jarang, bangsa Indonesia tidak memiliki kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir dalam pembuatan smelter. Smelter adalah alat pengolah sumber daya mineral untuk menghasilkan bijih-bijih mineral. Dalam waktu yang tidak lama lagi, Logam Tanah Jarang segera menggantikan peran minyak bumi sebagai sumber energi yang ramah lingkungan.
Era kejayaan minyak mentah dari bahan fosil semakin memudar. Hal ini ditandai dengan semakin merosotnya harga minyak mentah dunia pada kisaran 40 dollar AS per barel yang nyaris sama dengan biaya produksi penyedotan minyak mentah dari perut bumi.
Energi-energi alternatif terbarukan yang ramah lingkungan, sedang dikembangkan di berbagai penjuru dunia. Inggris dan Jerman mulai menggunakan sumber energi bebas polusi, mengurangi lebih dari 50% penggunaan bahan bakar fosil. Amerika Serikat menggunakan bioethanol berbasis jagung untuk sumber energi ramah lingkungan. Belanda meningkatkan efisiensi kincir-kincir anginnya untuk memperoleh sumber energi listrik yang bersih.
Energi listrik dari baterai Lithium merupakan sumber energi ramah lingkungan. Dalam waktu tak terlalu lama, mobil listrik akan menggantikan mobil berbahan bakar fosil. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi mobil listrik adalah kunci kejayaan bangsa Indonesia masa kini dan masa depan. Material baterai lithium adalah: nikel, kobalt, dan mangan.
Pada Januari 2019, pabrik material baterai telah didirikan di Morowali, Sulawesi Tengah. Menteri Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan: “Republik Indonesia bisa menjadi pemain global mobil listrik lima tahun lagi. Pemerintah sedang menyiapkan peta jalannya.”
Indonesia, belajar dari RRC, mulai membangun dan mengembangkan industri hulu-hilir berbasis LTJ. Yaitu menggunakan investasi negara dalam pembangunan infrastruktur dan teknologi, mendukung badan usaha milik negara (BUMN Inalum) untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi smelter nikel. Setelah smelter nikel Konawe beroperasi penuh, sejak Januari 2020 Presiden Jokowi menginstruksikan Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut BP untuk stop ekspor bahan mineral mentah ke luar negeri.
Pada konsentrat nikel, timah, emas, atau alumunium banyak mengandung Logam Tanah Jarang. Larangan ekspor konsentrat tersebut berarti sumber bahan baku ikutan berupa LTJ tidak bisa didapat lagi oleh smelter yang ada di luar Indonesia. Dengan demikian, semua industri pengolahan mineral di luar negeri yang membutuhkan bahan baku untuk industri hilirnya harus membangun smelter di Indonesia.
Eropa dan Amerika tidak pernah mau membangun smelter di Indonesia sejak rezim Orde Baru berkuasa hingga saat ini. Pemerintah China bersedia membantu bangsa Indonesia untuk selangkah lebih maju lagi, yaitu pembangunan smelter pertama di Nusantara sejak kemerdekaan Republik Indonesia hampir 75 tahun yang lalu. Pembangunan smelter nikel di Konawe Sulawesi Tenggara memerlukan biaya sekitar Rp 14 triliun dan menggunakan teknologi tinggi paling mutakhir. Smelter ini akan memproduksi bijih nikel, kobalt, dan mangan yang merupakan komponen utama baterai mobil listrik.
Logam Tanah Jarang (LTJ) adalah kumpulan 17 unsur kimia pada tabel periodik, terutama 15 lantanida ditambah scandium dan yttrium. Bumi Nusantara memiliki potensi mineral LTJ sekitar 1,5 miliar ton berdasarkan survei Badan Geologi di 29 lokasi yang berpotensi mengandung logam tanah jarang: Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Sumatera Utara, Pulau Bintan Riau, Kepulauan Anambas Riau, Kalimantan Barat, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Barat. Daerah-daerah lain yang belum disurvei, juga berpotensi mengandung mineral Logam Tanah Jarang, yang bahkan bisa lebih besar lagi. Ini belum termasuk potensi mineral LTJ yang ada di laut dan samudera Indonesia.
Substansi geopolitik dan geostrategis, sejak masa Romawi bahkan jauh sebelumnya hingga abad milenial kini, adalah politik tanah. Tanpa kedaulatan atas tanah airnya, suatu bangsa tidak mungkin ada. Angan-angan Ben Anderson mengenai suatu komunitas terbayang atau imagined communities hanya bisa terwujud bersama-sama dengan hadirnya kedaulatan tanah air.
Resolusi Jihad Mbah Hasyim Asy’arie sangat penting diingat kembali, yaitu jihad membela dan mempertahankan tanah air Indonesia dari agresi militer tentara asing pada 1945. Jihad abad milenial adalah meraih kembali kejayaan Nusantara, yaitu bangsa Indonesia yang beradab, sejahtera, adil, dan makmur.
Bagi bangsa Indonesia, khususnya para kiai dan santri, wajib hukumnya membela dan mempertahankan tanah air Indonesia dari serbuan kapitalisme global yang akan merebut dan merampas tanah air Indonesia dengan menggunakan segala macam cara. Dengan demikian Teologi Tanah kontemporer adalah Resolusi Jihad fi sabilillah bagi bangsa Indonesia khususnya para kiai dan santri untuk membela dan mempertahankan setiap jengkal tanah air Indonesia dari serbuan bangsa asing yang hendak merebut dan merampasnya dari Bangsa Indonesia pada abad milenial ini.
Wallahualam bis shawab.
Rumah Merah, 27 07 2020.