Banyak ulama yang rela mengorbankan jiwa dan raganya demi kemerdekaan negeri ini dan keselamatan umat. Salah satunya adalah KH Abdullah Sajjad, ulama asal tanah Madura. Darahnya tumpah ke tanah tempat ia sujud setelah tentara Belanda memberondongkannya dengan senapan.
Hingga kini namanya harum sebagai pahlawan bangsa. Prasasti perjuangannya masih berdiri kokoh di tanah tempat tumpah darah tercinta.
Kiai Sajjad, demikian sapaan KH Abdullah Sajjad, tak lain adalah salah satu pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah Sumenep, Madura, Jawa Timur. Di Madura, Kiai Sajjad merupakan tokoh yang gigih memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Masih banyak saksi mata yang mengingatnya, seperti kesaksian Kiai Rahman, sebagaimana ditulis oleh K Ahmad Fauzan Rofiq di laman Facebook. Tertulis di sana bahwa Kiai Sajjad yang lahir sekitar tahun 1890 dari pasangan KH Mohammad Syarqawi dan Nyai Qamariyah ini mengembuskan napas terakhir ketika bersujud dalam salatnya.
Pada 1947, sekitar dua setelah proklamasi 17 Agustus 1945, tentara Belanda ingin kembali menguasai Indonesia dengan segala cara, termasuk kembali menjajah. Saat itu, tentara Belanda memasuki daerah Kecamatan Guluk-Guluk. Tujuannya tak lain untuk menangkap Kiai Sajjad, baik dalam keadaan hidup atau mati.
Seperti yang dituturkan oleh Kiai Rahman, alumni era awal Pesantren Annuqayah, bahwa pada saat itu Pesantren Annuqayah diperintahkan oleh Kiai Sajjad untuk dikosongkan. Hal itu karena Belanda akan memasuki area pesantren dengan tujuan untuk menangkap para kiai, khususnya Kiai Sajjad. Akan tetapi, Kiai Ilyas yang saat itu menjadi pengasuh pesantren, tidak ingin meninggalkan pesantren. Tentu saja dengan pertimbangan yang jauh lebih dipikirkan.
الهم اغفر له واحمه وعافه واعف عنه
Pahlawan sekaligus ulama Nusantara
Aamiin ya Robbal alamin,,,
Tulisan ini mengingatkan pada masa lalu, waktu ngaji di Astah kiai Abdullah Sajjad.
Semoga barokah Beliau selalu mengiringi hidup kita dunia dan akhirat. Aamiin!