Sebuah buku puisi yang ciamik. Dengan pola cetak yang tidak biasa. Dari dua sosok yang sudah tidak terasing lagi. Gus Nadir, Nadirsyah Hosen dan Kang Maman, adalah dua sosok yang sudah malang melintang di dunia kepenulisan. Khusus Gus Nadir, merupakan seorang tokoh yang berkecimpung di dunia akademisi. Saat ini Beliau tercatat sebagai dosen senior di Monash University. Selain itu, Gus Nadir juga aktif di media sosial, khusunya Twitter untuk berdakwah menyebarkan agama Islam sebagai rahmatallil’alamin (hal. 48).
Sementara, Kang Maman, adalah seseorang yang aktif berkecimpung di dunia literasi. Aktif menulis dan beberapa tulisannya sudah banyak yang diterbitkan. Sering pergi ke luar negeri dalam rangka kepenulisan, dan terus menebar kebaikan bagi lingkungan dan orang banyak. Kang Maman juga aktif di media Twitter dari tulisan yang serius hingga kalimat-kalimat “receh” (hal. 98).
Dihadapkan pada lirik puisi, kita akan mendapatkan berbagai larik aksara yang penuh dengan nilai kekhususan. Ada rima, ritme, irama, dan citraan. Ada bait-bait dan penggalan kata yang memiliki makna tersendiri. Membangun sebuah tubuh perpuisian dengan rangkaian arti yang penuh dengan corak dan ragam tafsir. Puisi merupakan ungkapan rasa yang memiliki banyak makna ambigu bagi pembacanya. Tentu tidak bagi pencipta puisi itu sendiri. Kali ini kita dihadapkan pada sebuah buku puisi yang ditulis oleh Gus Nadir dan Kang Maman.
Buku puisi yang diresensi pada kesempatan ini, dengan judul “Cinta Itu Alasan Sekaligus Tujuan,” adalah buku puisi tentang cinta. Tentu saja bukan cinta dalam warna awam, dalam kebanyakan maksud dan tujuan. Cinta di sini adalah cinta keabadian. Kalau dalam bahasa puisinya Gus Nadir, merupakan “cintaitu.” Antara kata “cinta” dengan “itu” tidak ada pemisah. Penulis teringat kaidah nahu yang dipelajari di pesantren dulu. Dari sebuah kata الحب, dengan arti “cintaitu”, ال pada kata الحب adalah sebuah kekhususan. Kalau dalam bahasa nahu adalah al makrifat. Kata “cintaitu” merupakan kekhususan khusus, khusus yang paling khusus. Sebuah cinta yang hanya, sekali lagi hanya, cinta kepada Allah.