Madrasah sebagai Manifestasi Pendidikan Pesantren

119 views

Pesantren. Istilah yang sudah melekat di kalangan kita semua. Istilah tersebut tidak melulu dimiliki oleh kalangan elite ataupun klan darah biru saja. Melainkan, tukang becak, tukang cukur, tukang semir sepatu, guru, pejabat negara, dan masyarakat awam bisa membawa anaknya untuk belajar di pesantren. Tidak heran jika pesantren menjadi bagian terpenting sejarah Indonesia, lebih-lebih jika melihat fungsi serta manfaatnya sampai hari ini.

Dalam perkembangannya, eksistensi pesantren sebagai pendidikan nonformal menjadi objek penelitian berbagai kalangan. Ada yang meneliti sistem pendidikan pesantren, struktur sosial internal pesantren, bahkan tipologi pesantren yang berjalan hingga sekarang. Ali Anwar dalam buku Pembaruan Pendidikan di Pesantren Lirboyo Kediri mengurai bahwa pesantren terbagi menjadi dua kelompok besar. Pertama, tipologi atau kelompok pesantren dibuat berdasarkan elemen yang dimiliki. Kedua, tipologi atau kelompok pesantren didasarkan pada lembaga pendidikan yang diselenggarakan.

Advertisements

Di samping sebagai institusi pendidikan nonformal, pesantren juga sebagai wadah komunitas sosial kemasyarakatan yang memberikan kontribusi positifnya di berbagai aspek. Tidak jarang, alumni pesantren di tanah air mampu mengejewantahkan nilai-nilai pendidikan yang diperoleh ke arah yang lebih baik. Meskipun, tidak jarang optimalisasi nilai pendidikan pesantren masih terbatas pada simbol/tradisi agama di masyarakat. Misalnya, tahlilan, slametan, barzanji, serta praktik tradisional lainnya.

Pendidikan pesantren sesungguhnya tidak hanya berkutat pada penanaman nilai moral-spiritual an sich. Tetapi, penanaman wawasan keagamaan, spirit kebangsaan, persoalan ekonomi umat, perdamaian dunia, dan semangat egaliter menjadi subkajian dalam pesantren. Tidak bisa dimungkiri bahwa isu-isu tersebut akan berdampak serius kepada eksistensi pesantren salaf. Dampak nyata dari isu tersebut adalah terwujudnya lembaga yang intens berbicara dan mengkaji isu tematik yang berkembang di masyarakat seperti terbentuknya lembaga bahsul masa’il sebagai respons atas fenomena persoalan sosial-kemasyarakatan.

Oleh sebab itu, konteks pembahasan pesantren tidak melulu pada bagaimana sistem pendidikan terimplementasi dengan sistemik. Tetapi, ada ciri khas tertentu yang tidak bisa dilepaskan dari sebuah pesantren di mana pun. Yaitu, pengajian klasik/tradisional. KH Abdurrahman Wahid dalam Buku Tradisi Orang-orang Pesantren menjelaskan bahwa ciri utama dari pengajian tradisional di pesantren adalah sistem pengajarannya ditekankan pada penangkapan harfiah atas sebuah kitab tertentu. Pendekatan yang digunakan adalah dengan pembacaan kitab secara komprehensif dan dilanjutkan dengan pembacaan kitab lain yang berbeda sebagai penunjang wawasan. Dengan demikian, pemberian pengajaran dengan model pengajian tradisional bersifat nonklasikal, yaitu tidak didasarkan pada unit mata pelajaran meskipun menggunakan metode klasikal.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan