Makna Kemerdekaan Menurut KH Hasyim Asy’ari

Peran ulama dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia tidak dapat dipandang sebelah mata. Ulama menjadi garda terdepan dalam pembebasan bangsa Indonesia dari penjajahan. Oleh karena itu, menafikan eksistensi ulama dalam merebut kemerdekaan merupakan absurditas pengakuan yang harus dikaji ulang.

Salah satu ulama yang memiliki peran sentral dalam kemerdekaan adalah KH Hasyim Asy’ari. Pendiri organisasi Nahdlatul Ulama (NU) ini menjaminkan hidupnya untuk kemerdekaan bangsa. Tidak sedikit catatan sejarah Indonesia yang menjelaskan bahwa Kiai Hasyim bagian yang tidak terpisahkan dari historika kemerdekaan Indonesia.

https://www.instagram.com/jejaringduniasantri/

Di laman tebuireng.online, sebuah artikel yang ditulis oleh M. Abror Rosyidin, menggambarkan dengan jelas kiprah KH Hasyim Asy’ari cukup dalam proses kemerdekaan. Bahwa agama (termasuk Islam) dan bangsa memiliki ikatan kuat yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya menjalin hubungan mutualisme yang saling menguntungkan. Agama tanpa bangsa tidak ada gunanya. Demikian pula, bangsa tanpa agama akan menjadi cacat yang meniscaya.

Makna Merdeka 

Merdeka berarti bebas dari penjajahan. Di dalam KBBI dijelaskan bahwa merdeka adalah 1) bebas (dari perhambaan, penjajahan, dan sebagainya); berdiri sendiri; 2) tidak terkena atau lepas dari tuntutan; dan 3) tidak terikat, tidak bergantung kepada orang atau pihak tertentu; leluasa. Jadi kemerdekaan adalah hak segala bangsa sebagaimana termaktup dalam Pembukaan Undang-undang Dasar RI 1945.

Menurut KH Asy’ari, makna kemerdekaan adalah suatu kondisi yang tidak dapat dipisahkan dari agama dan negara. Beliau percaya bahwa agama dan negara saling menguatkan dan merupakan satu kesatuan yang utuh. Secara umum, besarnya peran kiai dan ulama dalam masa perjuangan kemerdekaan tak bisa dimungkiri. Bahkan kiai dan santri berada dalam barisan terdepan melawan penjajah. Tidak hanya untuk membela agama, tetapi juga membela tanah air, karena keduanya menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Hizbullah dan Sabilillah

KH Hasyim Asy’ari menjadi pioner utama dalam membangun karakter pejuang dan kelaskaran. Hizbullah dan Sabilillah adalah dua laskar yang dibentuk untuk membantu dalam meraih kemerdekaan. Hizbullah dibentuk pada tanggal 8 Desember 1944 oleh pemerintahan pendudukan Jepang dengan nama Kaikyo Seinen Teishintai (gerakan suka rela pemuda Islam). Laskar ini berfungsi sebagai cadangan PETA (Pembela Tanah Air).

Anggota Hizbullah terdiri dari kalangan pemuda muslim terutama dari santri dan atau pesantren. Mereka berperan di dalam berbagai pertempuran selama Revolusi Nasional Indonesia, seperti Bandung Lautan Api, Pertempuran Lima Hari, dan Pertempuran Surabaya. Pusat pelatihan laskar ini terletak di Cibarusah, Bekasi, Jawa Barat.

Sedangkan, Sabilillah didirikan pada waktu yang sama dengan Hizbullah, di akhir pendudukan Jepang. Laskar ini dipimpin oleh KH Masykur. Tujuan utama Sabilillah adalah berjihad di jalan Allah (jihad fi sabilillah) dan mempertahankan kemerdekaan. Bersama-sama dengan Hizbullah, Sabilillah bahu membahu dalam membangun persatuan dan kesatuan dengan satu tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia.

Untuk mempertahankan kemerdekaan itulah keluar Resolusi Jihad. Resolusi Jihad merupakan manifestasi dari firman Allah SWT dalam Al-Quran: Al-Ankabut 69:

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

Artinya: “Dan orang-orang yang berjihad (berjuang) di jalan kami (Allah SWT), maka akan kami tunjukkan kepada mereka jalan kami, dan sesungguhnya Allah bersama-sama orang yang berbuat kebaikan,” (QS. Al-Ankabut: 69)

Taktik Dakwah dan Resolusi Jihad

Pada tanggal 22 Oktober 1945, PBNU mengeluarkan fatwa Resolusi Jihad yang menyatakan bahwa berjuang mempertahankan NKRI wajib hukumnya bagi kaum muslimin. KH Hasyim Asy’ari yang menjadi pucuk pimpinan pada waktu itu menekankan pentingnya berjuang sampai titik darah penghabisan. Umat Islam diharuskan bergerak demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Maka di mana-mana di seluruh wilayah Indonesia, terutama di lembaga-lembaga pesantren terbentuklah kelompok-kelompok kecil yang siap berjuang. Resolusi Jihad telah membakar semangat pemuda Islam (santri) untuk membangun tembok pertahanan demi kemerdekaan bangsa dan negara.

KH Hasyim Asy’ari rupanya menciptakan taktik dakwah dengan memanfaatkan pemerintahan Jepang. Beliau bekerja sama dengan Jepang membentuk Hizbullah dan PETA semata untuk membangun kekuatan yang hebat dalam mempertahankan kemerdekaan. Terbukti dengan terbentuknya laskar tersebut, pemerintah Jepang kolaps dan angkat kaki dari Tanah Air Indonesia.

Bagi KH Hasyim Asy’ari, makna kemerdekaan adalah kebebasan untuk hidup, berdaulat, dan bermasyarakat. Merdeka bukan hanya terbebas dari penjajah, akan tetapi harus membangun masyarakat berlandaskan nilai-nilai agama dan kebangsaan. Agama dan bangsa, menurut Kiai Hasyim, merupakan pijakan persatuan dan kesatuan yang harus terus dipertahankan. Wallahu A’lam! 

Multi-Page

Tinggalkan Balasan