Jumlah santri yang mencapai sekitar 18 juta orang, yang bermukim atau belajar di sekitar 30 ribu pondok pesantren yang tersebar di seluruh Indonesia, diyakini akan menjadi kekuatan ekonomi yang dahsyat jika dikelola dengan baik. Pesantren akan muncul sebagai kekuatan ekonomi baru yang mampu mendorong perekonomian nasional.
Menyadari potensi ekonominya begitu besar, Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter di Indonesia dalam beberapa tahun memiliki perhatian khusus pada pengembangan ekonomi dan bisnis di lingkungan pondok pesantren. Langkah-langkah BI dalam mendorong pengembangan ekonomi dan bisnis ini terungkap dalam Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) ke-1 Himpunan Ekonomi Bisnis Pesantren (Hebitren) Indonesia yang digelar secara virtual pada Selasa, 27 Oktober 2020.
Dalam pembukaan Mukernaske-1 Hebitren, Gubernur BI Perry Warjiyo memaparkan sejumlah strategi pengembangan ekonomi dan bisnis pesantren yang menjadi bagian dari pengembagan ekonomi syariah di Indonesia, yang potensinya sangat besar.
Dalam rumusan pengembagan ekonomi syariah di Indonesia, pondok pesantren ditempatkan sebagai salah satu bagian penting, dank arena itu program-programnya memang dirancang untuk mendukung unit-unit usaha di pesantren. Program-program tersebut dirancang dalam enam prioritas utama. Pertama, memberikan kontribusi nyata terhadap perekonomian pesantren, masyarakat, dan nasional.
Kedua, program pengembangan ekonomi syariah didesain khusus untuk menjadi arus pertumbuhan baru dengan mendukung penguatan ekonomi syariah melalui pemberdayaan ekonomi pesantren. “Melalui peningkatan kapasitas ekonomi pesantren, mendorong ekonomi lokal untuk mendukung pertumbuhan yang inklusif,” Perry Warjiyo.
Ketiga, akan dibangun ekosistem pesantren dengan program yang bersifat dari hulu ke hilir (end to end process). Ekosistem ekonomi dan bisnis pesantren yang dirancang dimulai dari tahap-tahap input produksi, manajemen, hingga ke pemasaran. Selanjutnya, keempat, disiapkan peta jalan kemandirian ekonomi pesantren dalam mengelola beberapa hal. Mulai dari replikasi model usaha, virtual market, central excellent, dan pembentukan holding bisnis.
Kelima, program prioritas akan menyentuh peningkatan akses pesantren mulai dari sisi pasar keuangan, wirausahawan, jejaring, teknologi, hingga digitalisasi. Dan, keenam, penguatan infrastruktur dan kerja sama kelembagaan antarpesantren dan mitra bisnis.