Memahami Moderasi dari Sang Mufasir

31 views

Agama Islam dikenal dengan agama yang rahmatan lil ‘alamin. Sebab, dalam dunia Islam, penerapan perilaku kasih sayang sangat tercerminkan dalam laku keislaman di setiap harinya. Salah satu contoh kecilnya dalam ranah toleransi. Ajaran Islam sangat menekankan umatnya untuk saling menghargai satu sama lain. Meskipun, berlainan dalam hal keyakinan tidak dapat menghalangi umat Islam untuk terus saling menghargai dan menebar kasih sayang antarsesama. Inilah esensi dari islam yang rahtan lil ‘alamin.

Demikian juga dalam ranah keseimbangan atau moderasi. Dalam konteks moderasi perlu dicatat bahwa Islam menetapkan kaharusan mempercayai akidah, tetapi kendati demikian siapa yang terpaksa oleh satu dan lain hal, sehingga muncul dalam benaknya semacam keraguan atau tanda tanya, maka itu dapat ditoleransi sambil terus berusaha menampiknya dan memantapkan hatinya.

Advertisements

Persoalan moderasi bukan sekadar urusan atau kepentingan orang per orangan saja, melainkan juga urusan kelompok, masyarakat, dan negara. Lebih-lebih dewasa ini ketika aneka kelompok –ekstrem atau lawannya, telah menampakkan wajahnya disertai dengan dalil-dalih agama yang penafsirannya sangat jauh dari hakikat Islam. Di sinilah sebenarnya peran pentingnya moderasi dalam beragama.

Memang semua pihak mengakui pentingnya dari moderasi, akan tetapi, apa makna, tujuan, dan bagaimana menerapkannya serta mewujudkannya, tidak jarang kabur, suram, atau apalah itu namanya bagi sementara kita. Maka kehadiran buku karya M Quraish Shihab yang berjudul Wasathiyyah; Wawasan Islam tentang Moderasi Beragama, mencoba menjawab semua pertanyaan tersebut.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, moderasi diartikan sebagai pengurangan kekerasan dan penghindaran ekstremisme. Di kamus yang sama namun dengan edisi yang berbeda dihidangkan penjelasan tentang arti kata moderat sebagai selalu menghindar dari perilaku atau pengungkapan yang ekstrem, berkecendrungan ke arah dimensi atau jalan tengah. Sedangkan moderator adalah orang yang menjadi penengah.

Makna-makna di atas sejalan dengan yang digunakan pakar bahasaAarab yang mengatakan “sesuatu yang bersifat wasat haruslah yang tidak terlepas dari kedua ujungnya.” Jad intinya, moderasi atau wasathiyyah adalah sesuatu yang selalu berada di tengah-tengah dari kedua ujung yang saling menariknya.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan