SAMPAI KAPAN BUMI DIHABISI
setelah gunung, sungai, laut
dikeruk-keruk
setelah wajah, perut, dada
dirusak-rusak
setelah mata dicungkil
setelah napas dibungkus
setelah jantung dimatikan
apalagi yang tersisa
selain airmata yang setia
mencintai tanah airnya?
sampai kapan bumi dihabisi
oleh tangan kekuasaan yang dingin
oleh raksasa buta yang rakus
yang suka menelan manusia hidup-hidup?
2024.
MENAMBANG AIRMATA
inilah zaman edan,
kata pujangga digital
yang menyaksikan negara
kongkalingkong dengan kapital
sekelompok orang tega menambang airmata
atas nama kemaslahatan, tapi
sebenarnya mereka tengah mencongkel
mata orang-orang tak berdosa
emas-emas yang dikeruk
dari batin semesta
telah ditukar dengan
kebanggaan semu semata
keuntungan hanya masuk
ke kantong mereka yang buta
sedangkan masyarakat
menyaksikannya hampir sekarat
sekelompok orang dan negara
rela berdagang airmata
dan mengirimnya ke dunia
untuk dipamerkan sebagai pencapaian
2024.
MELOBANGI DADA BUMI
mereka melobangi dada bumi
untuk mengubur kita semua
dalam kengeriaan yang abadi
katakanlah pada mereka, bahwa
tak ada kebaikan dari bekas luka
sehabis ditusuknya jantung kita
diambilnya cinta paling tulus
dari bumi yang menemani kita tumbuh
jadi tanah-tanah yang sejahtera
mereka melobangi dada bumi
bukan untuk menyuapi kita nasi
tetapi untuk membuat kita sengsara
dilemparnya emas-emas ke seberang
dan dikantonginya sendiri sisanya
sedang kita makan udara dingin
sampai ajal sebentar lagi tiba
2024.
DOSA APAKAH KAMI
dosa apakah kami
sehingga tak kau sisakan harapan
untuk kami hidup lega
dan tetap mencintaimu dengan bersahaja
dosa apakah kami
sehingga terus diperas
demi kepentingan-kepentingan
kalian sendiri, sehabis itu dilupakan
dosa apakah kami, Tuhan
sehingga agama dan politik
begitu buta dan tega menggores luka
di dada hamba-hambamu
yang senantiasa tulus
sederhana, berdoa kebaikan tuk semua
2024.
SALAHKAH KAMI BERSUARA
salahkah kami bersuara
jika harga-harga mahal
jika kami telantar
jika untuk bekerja saja begitu sukar
padahal, kami pun tidak rela
jadi pengangguran
apalagi gelandangan
padahal, kami suka
bekerja dan berdoa
suka mencintai negara
tanpa pamprih
tapi, mengapa justru
negara seakan
begitu bencinya
pada kita
dan menganggap kita
sebagai beban
dan membuat cinta kita
bertepuk sebelah tangan
salahkah kami bersuara, negara?
dan negara diam saja.
2024.
ilustrasi: keluarga iriana, itji tarmizi.