Lebaran, dalam kesempatan ini Hari Raya Idul Fitri 1442 H, adalah momen yang sangat ditunggu-tunggu. Terutama sekali oleh anak-anak dan usia remaja, Lebaran merupakan sesuatu yang sangat istimewa. Itu dulu, semasa penulis masih kecil, usia anak-anak yang masih belum paham bagaimana susahnya orang tua mencari nafkah. Saat itu, yang sangat dinanti-nati adalah pamer baju baru dan menu makanan dan kue yang beraneka macam. Momen seperti itu yang menjadikan Lebaran begitu istimewa dan mengukir kenangan tersendiri.
Seiring berjalannya waktu, Lebaran sepertinya sesuatu yang biasa-biasa saja. Hal itu, mungkin, karena penulis saat sekarang ini sudah menjadi orang tua. Atau sudah terlalu biasa dengan momen Lebaran, puluhan tahun melewati hari raya Idul Fitri, dimungkinkan menjadi suatu kebiasaan. Maka keistimewaan itu semakin memudar, bahkan bisa jadi sebagai sesuatu “siksaan” saat kebutuhan belanja mendesak dan tak tertalangi.
Ada momen-momen tertentu yang masih tertanam kuat dalam pikiran penulis, mengingat momen istimewa masa lampau tekait Lebaran. Bukan saja karena pakaian baru, lebih jauh terasa bahwa di masa lalu momen Lebaran lebih sakral. Itu tadi, mungkin karena berjalannya waktu sehingga keadaan sudah berubah dan kesakralan itu semakin memudar.
Di Madura, khususnya di Kabupaten Sumenep, sebagai tempat tumbuh kembang penulis, terdapat beberapa tradisi Lebaran yang hingga saat ini masih dapat kita saksikan. Meskipun, tentu saja, nilainya tidak sama dengan masa lalu, setidaknya tradisi itu masih terpatri kuat di masyarakat Sumenep. Agar menjadi wahana pengalaman dan untuk dijadikan khazanah pengatahuan, tidak ada salahnya kalau kemudian dikisahkan sebagai bagian dari sebuah sejarah tradisi dan jejak pengalaman.
Irama Petasan
Tidak di mana-mana, sepertinya sudah sangat menyeluruh, bunyi petasan menjadi “irama” yang tidak terpisahkan dengan kegiatan Lebaran. Padahal realitasnya, petasan itu membahayakan baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Tidak sedikit korban petasan, disebabkan oleh keteledoran diri sendiri maupun orang lain, sehingga menyebabkan musibah, dari luka bakar hingga meninggal dunia.