Menjaga Persatuan dalam Keberagaman Agama

26 views

Keberagaman agama menjadi salah satu topik sentral yang tak pernah usai diperbincangkan di kalangan masyarakat Indonesia. Hal itu disebabkan oleh masih adanya sikap intoleransi antarumat beragama yang banyak menimbulkan konflik keagamaan.

Ketidakterbukaan masyarakat terhadap sesuatu yang berbeda menjadi salah satu penghambat mengapa sikap intoleransi masih menjangkiti sebagian masyarakat Indonesia.

Advertisements

Meskipun topik itu begitu marak beberapa tahun terakhir baik di kalangan pelajar, mahasiswa atau akademisi, namun kenyataannya belum benar-benar menyerap sampai kalangan masyarakat.

Masalahnya, mayoritas dari mereka yang banyak menimbulkan sikap intoleransi adalah masyarakat biasa. Mereka yang dalam pemikirannya sejak awal hanya menerima doktrin-doktrin keagamaan namun sangat minus pengetahuan mengenai toleransi beragama maupun pengalamannya berhubungan dengan umat antaragama. Inilah yang kemudian dapat menimbulkan karakter yang kaku ketika berhadapan dengan orang yang berbeda keyakinan.

Kita dapat melihat peristiwa sikap hubungan keagamaan yang masih dinilai kurang bijak dalam kenyataan kehidupan manusia, misalnya yang terjadi di Indonesia. Pembubaran tempat ibadah, diskriminasi, intoleransi, radikalisme, terorisme, dan lain-lain yang dapat menimbulkan perpecahan antarumat beragama masih dapat kita saksikan di beberapa tempat di Indonesia.

Hal itu menunjukkan bahwa kesadaran mengenai toleransi beragama masih belum merata sepenuhnya. Saya rasa, di sinilah peran orang-orang yang memahami tentang pentingnya sikap toleransi—khususnya anak-anak muda— diperlukan untuk berkontribusi dalam menyebarkan pengetahuan tersebut.

Memahami keberagaman dalam agama dan keyakinan pada dasarnya adalah tanggung jawab bersama sebagai sesama bangsa. Sebab satu di antara kita yang salah memahami sehingga melakukan tindakan intoleransi, maka hakikatnya kita gagal dalam merawat kebersamaan dalam perbedaan bangsa ini.

Di sinilah pentingnya kesadaran kesatuan dalam suatu bangsa, bahwa seluruh warga negara harus saling mengingatkan satu sama lain, tanpa memandang identitas. Rasa kesatuan itulah yang akan menjaga kita sebagai warga negara dari tindakan yang memecah-belah bangsa.

Pertanyaannya, bagaimana caranya memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang toleransi beragama?

Pertanyaan tersebut tentu saja bukanlah sesuatu yang mudah untuk dijawab apalagi dilaksanakan, di tengah pandangan adanya minoritas dan mayoritas.

Oleh karena itu, tugas kita adalah terus mempromosikan nilai-nilai toleransi beragama dan menerima perbedaan bahwa kita adalah saudara dalam kebangsaan dan kemanusiaan. Mempromosikan nilai-nilai kesatuan, menanamkan kesadaran tentang pentingnya saling menghormati di antara umat beragama dan bekerja sama dalam sosial kemasyarakatan.

Alih-alih menolak agama-agama lain yang eksis di kehidupan kita, justru kehadirannya melengkapi kehidupan menjadi lebih berwarna. Dengan adanya keberagaman agama kita akan bisa memahami begitu pentingnya saling menghargai dan menghormati orang lain meskipun memiliki kepercayaan yang berbeda.

Keberagaman agama pada hakikatnya merupakan rahmat dari Tuhan kepada umat manusia. Sejauh mana ketaatan mereka kepada ajaran agamanya diuji ketika berhadapan dengan orang yang memiliki agama atau keyakinan yang berbeda.

Jika keimanan kepada agamanya baik, maka ia akan memancarkan sikap moral yang baik pula, begitupun sebaliknya. Sebab semua agama pada hakikatnya mengajarkan kebaikan kepada sesama manusia. Maka, kalau ada orang yang bersikap intoleran kepada orang yang berbeda agama, maka itu keluar dari ajaran agamanya. Ajaran agama memiliki sisi universal, yang mana hal itu penting ditanamkan kepada semua umat beragama.

Dalam konteks bangsa Indonesia, terdapat banyak sekali aliran kepercayaan yang hidup sejak beribu-ribu tahun yang lalu. Meskipun, secara resmi Indonesia memiliki enam agama yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu. Namun, di luar itu, banyak sekali aliran kepercayaan yang dianut oleh sebagian masyarakat Indonesia. Meski demikian, agama dan aliran kepercayaan tersebut sama-sama memiliki tujuan luhur selain mengagungkan Tuhannya juga bagaimana keimanan mereka bisa terimplemantasikan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.

Barangkali itulah alasan mengapa Indonesia merupakan negara yang unik, karena bisa hidup berdampingan dalam banyak sekali keberagaman, salah satunya agama. Maka, sebagai warga negara kita harus selalu menjaga keberagaman agama maupun aliran kepercayaan yang ada dengan hidup berdampingan, saling menghormati dan saling menghargai.

Menyeragamkan agama artinya menjadikan bangsa Indonesia tercerai-berai dan dapat menimbulkan banyak konflik keagamaan. Sebab, setiap orang selalu mengklaim agamanyalah yang paling benar. Paradigma demikian yang harus kita buang dalam kehidupan berbangsa. Namun sebaliknya, menerima setiap perbedaan agama atau aliran kepercayaan itu artinya kita menjaga bangsa ini tetap utuh.

Kita mungkin tidak lupa ketika melihat peristiwa yang belum lama berlalu, di mana para biksu yang berjalan dari Thailand menuju Candi Borobudur di Indonesia disambut begitu meriah oleh masyarakat dari anak kecil hingga orang tua. Bahkan banyak yang memberikan minuman, makanan ringan, hingga jasa pijat kepada mereka yang kelelahan.

Peristiwa tersebut merupakan upacara keagamaan agama Budha, namun disambut dengan senyuman ramah masyarakat Indonesia—yang mayoritas muslim—tentu menjadi kebanggaan tersendiri.

Betapa indahnya ketika saling memberikan keramahan dan saling membantu kepada orang yang memiliki agama yang berbeda. Perlakuan tersebut menjadi semacam “keran kebudayaan” yang harus terus diterapkan sampai kapan pun dan dikenalkan kepada generasi selanjutnya.

Interaksi antara para biksu dan masyarakat Indonesia pada waktu itu merupakan salah satu contoh nilai-nilai universal kemanusiaan yang selama ini diperjuangkan oleh Gus Dur.

Dan nilai kemanusiaan itu yang harus menjadi dasar utama umat beragama dalam menjalani kehidupan yang terus dinamis dan kompleks ini. Sehingga nilai kemanusiaan yang bermakna universal tersebut dapat menjadi payung agama-agama bahwa kita semua sesama manusia yang saling membutuhkan satu sama lain.

Pada dasarnya setiap manusia memiliki sikap dasar baik di dalam dirinya. Sifat itu jika terus disadari tentu akan menciptakan sikap baik pula kepada orang lain bahkan kepada orang yang berbeda keyakinan sekalipun. Hanya, kadang terjadi kecelakaan ideologis yang tendensinya merasa tidak nyaman terhadap ekspresi keagamaan orang lain. Sifat egoisme memang menjadi tantangan setiap manusia. Mengalahkan sifat egoisme tersebut tentu tidak mudah, perlu ilmu pengetahuan dan ketulusan hati agar bisa meredakan sifat tersebut. Maka penting untuk terus melatih jiwa dan pikiran kita agar tidak terjebak dalam sifat-sifat yang nirkemanusiaan.

Keberagaman agama merupakan kodrat kehidupan manusia di dunia ini. Oleh sebab itu, menerima keberagaman agama atau keyakinan merupakan sikap manusiawi.  Sedangkan, menolak keberagaman agama adalah tindakan yang keluar dari kodrat kehidupan itu sendiri. Tuhan telah menciptakan kehidupan dengan beragam agama. Tugas manusia adalah menciptakan perdamaian dan persatuan antar umat beragama.

Kesadaran tentang nilai kemanusiaan seperti yang diperjuangkan oleh Gus Dur  yang harus terus dipromosikan dan ditanamkan kepada setiap umat manusia. Nilai  kemanusiaan itu yang akan menjadi pondasi utama kehidupan manusia terus berlangsung dengan damai. Seperti apa yang disampaikan oleh Gus Dur, bahwa “Indonesia ada karena keberagaman”.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan