Menuliskan Tradisi Lisan Pesantren

1 view

Pesantren eksis sebagai sebuah lembaga pendidikan tua yang terus berkembang melewati mesin waktu antarzaman. Perjalanannya yang begitu panjang menjadikan pesantren hidup berdampingan dengan segala problematika manusia dari masa ke masa. Proses adaptasi yang begitu sulit tak jarang membuat pesantren runtuh, namun banyak juga yang bertahan. Tak ayal, banyak hal yang bisa digali dan dicermati sebagai sebuah pengetahuan. Entah itu pengetahuan lama ataupun baru, pesantren selalu menawarkan banyak ilmu untuk dikembangkan menjadi sebuah ilmu pengetahuan.

Sebagai sebuah subkultur, pesantren memiliki nilai budaya yang saling berebut hulu hilirnya dengan kebudayaan di luar pesantren. Ruang yang tipis antarkeduanya menjadikan nilai budaya di pesantren hidup dalam lingkungan masyarakat luas. Pun sebaliknya, pesantren menyerap banyak hal dalam masyarakat untuk dijadikan tolak ukur dalam membumikan nilai-nilai Islam sehingga dapat membumi dan diterima oleh masyarakat.

Advertisements

Timbal balik antarkeduanya yang saling berpegang erat memunculkan keunikan budaya tersendiri dibandingan dengan budaya lainnya. Sebut saja tradisi lisan pesantren. meskipun tidak ada definisi yang ajeg mengenai tradisi lisan pesantren, mari kita mulai memperbincangkan kemungkinan-kemungkinan yang bisa hadir dalam kemunculan tradisi lisan pesantren.

Tradisi lisan merupakan sebuah disiplin ilmu yang menitikberatkan pada aspek kelisanan dalam merangkum budaya dan kehidupan manusia. Jauh sebelum media cetak hadir, lebih lama sebelum tulisan muncul, dan lebih purba sebelum media tulis kuno digunakan, manusia berkomunikasi secara lisan. Mereka hidup bergelimang keindahan syair dan hikayat yang didendangkan dengan indah. Melalui tradisi kelisanan tersebut, mereka membentuk tata kehidupan.

Kemunculan mantra, permainan tradisional, pertunjukan tradisional, serta tata cara menghargai daur ulang hidup melalui ritual-ritual menjadi berarti dan diwariskan secara turun temurun hingga saat ini melalui lisan. Hingga saat ini, segala hal yang berkaitan erat dengan lisan tersebut, akan berkurang maknanya jika harus diwariskan menggunakan tulisan. Seperti mantra yang kehilangan magisnya, begitulah kira-kira jika kesakralan dalam sebuah tradisi harus dipenjarakan dalam sebuah tulisan dan diperbanyak melalui teknologi mesin pencetak dan pengganda.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan