Nyai Khairiyah Hasyim, Pejuang Pendidikan Perempuan

98 views

Nyai Khairiyah merupakan seorang ulama, intelektual atau cendekiawan muslimah progresif, dan aktivis perempuan dari Jawa Timur yang lahir dari lingkungan pesantren. Walau begitu, ia memiliki cita-cita tinggi untuk memajukan kaum perempuan, khususnya di bidang pendidikan.

Memang, pada masa Nyai Khairiyah, akses memperoleh pendidikan bagi kaum perempuan sangat mustahil. Hal ini dikarenakan adanya stigma bahwa perempuan tidak layak untuk belajar, apalagi mendapatkan pendidikan tinggi seperti sekarang. Dan, ia hanya boleh beraktivitas di dalam rumah, seperti memasak, menjahit, melayani suami, dan lain-lain. Karena itu, Nyai Khairiyah berupaya untuk mendobrak pola pikir demikian dengan memberikan akses pendidikan seluas-luasnya bagi kaum perempuan.

Advertisements

Sebagai seorang intelektual dan aktivis, nama Nyai Khairiyah mungkin tak sepopuler intelektual perempuan lainnya, seperti R.A. Kartini (Jepara, Jawa Tengah), Rahmah El Yunusiah (Padang Panjang, Sumatera Barat), Rohana Kuddus (Kota Gadang, Sumatera Barat), dan Rasuna Said (Maninjau, Sumatera Barat). Pasalnya, pemikiran yang ditelurkan Nyai Khairiyah hanya berkutat di lingkungan pesantren. Akibatnya, tak jarang kebanyakan orang tidak mengetahui atau bahkan sulit mengaksesnya. Walau begitu, gagasan-gagasan atau pemikirannya menjadi mercusuar bagi kaum perempuan setelahnya, baik di lingkungan pesantren maupun para aktivis perempuan secara umum. Karenanya, Nyai Khairiyah sendiri patut dijadikan sebagai sosok inspirasi oleh keum perempuan masa kini untuk melakukan suatu gebrakan perubahan ke arah yang lebih baik.

Sekilas tentang Nyai Khairiyah

Nyai Khairiyah lahir di Tebuireng, Jombang pada tahun 1326 H/1908 M. Ia merupakan putri kedua dari sepuluh bersaudara yang lahir dari pasangan KH Hasyim Asy’ari dan Nyai Nafiqah. Riwayat pendidikannya sama sekali tak bersentuhan dengan pendidikan formal, melainkan di bawah asuhan langsung kedua orang tuanya. Sejak usia 5 tahun, Khairiyah kecil sudah memperlajari Al-Quran dan kitab-kitab salaf (karya ulama klasik), seperti fikih, tafsir, nahu-saraf, dan lain-lain.

Walaupun tak mengenyam pendidikan formal, girah menimba ilmu Nyai Khairiyah tak pernah surut. Pada saat Kiai Hasyim mengajarkan kitab kepada santri putra di rumahnya, Nyai Khairiyah selalu menyempatkan diri untuk mendengarkan meski melalui bilik-bilik tembok. Juga, Khairiyah kecil dikenal sebagai orang yang tekun belajar (otodidak). Apabila merasa kesulitan dalam memahami pelajarannya, ia tak segan-segan bertanya langsung pada ayahandanya. Berkat tempaan ayahanda dan ibundanya itu, Nyai Khairiyah menjadi sosok yang alim di bidang ilmu agama. Bahkan kealimannya itu sudah masyhur di kalangan para santri Kiai Hasyim kala itu.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan