Pemulung itu Ayahku

120 views

Meski bagaimana pun dia adalah ayahku. Jika suatu kali engkau melintasi jalan Kalipang, kemudian menemukan seorang lelaki lusuh sedang berjalan mengais-ngais tumpukan sampah, berilah ia makan atau apapun yang dapat mengganjal perutnya dari kelaparan. Itu ayahku. Sekali lagi, dia adalah ayahku. Dia yang tak mau pulang dan tetap ingin mengais sampah di seberang jalan Kalipang.

Pernah suatu kali aku membujuknya untuk pulang, menanyakan alasan dia seputar sikapnya yang menjunjung ejekan pada keluarganya. Di luar nalar, spontan dia mengamuk, seakan-akan sukma lain berada dalam tubuhnya. Ia tidak mengenaliku sebagai putrinya. Ayahku menenteng besi yang biasa ia gunakan untuk mengais sampah, sambil mengacung-ngacungkannya ke arahku. Ia menyuruhku pulang dan melupakan dirinya sebagai ayahku. Entahlah, sesuatu apa yang dijulurkan Tuhan terhadap ayah.

Advertisements

Sebelumnya, tidak ada yang tau alasan pasti dia menjadi seperti itu. Hanya saja perlu diyakini, barangkali ini bagian dari cara Tuhan merias ayah dengan cinta.

Sebagian orang mungkin akan menghakimi pada kemungkinan-kemungkinan yang dialami oleh ayah, bahkan suatu ketika aku pernah mendengar obrolan sepasang kekasih yang sedang membicarakan ayah, “Kalau ditanya kapan terakhir kali mandi, mungkin jawabannya tahun penjajahan Belanda.” Kemudian mereka melepas tawa secara bersamaan. Semacam primadona yang tak pernah habis digunjingkan, sedang aku dipaksa setabah anak-anak bangsa Palestina yang mengalami deraan kekejaman Israel.

Tidak hanya sekali ketajaman lidah dari seorang teman, tetangga, bahkan dari orang terdekat pun juga ikut mengiris organ dalam bernama hati. Awal-awal aku menerima dengan amarah nada kebencian pada mereka, hingga kebiasaan itu mengubahku pada tabah paling dalam. Maka dari itu bisa kalian sebut aku sebagai pengecut! Atau seorang anak yang gugur dalam mempertaruhkan harga diri keluarga. Tetapi aku tak pernah sekarib dengan kebencian; pada seseorang yang telah menjadi alasan aku dilahirkan, meski alam membentangkan nasib buruk pada keluargaku.

Ini semacam mimpi buruk yang benar-benar terjadi, dan dialami ayahku beberapa tahun yang silam. Dari ingatan yang sebelumnya tidak bisa merekam kenangan, ayah sudah melumat kisah yang tak normal. Jadi aku bertemu dengannya dalam keadaan seperti ini. Keadaan yang mendenguskan nasib kesedihan.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan