Kepergian Syekh Ali Jaber merupakan sebuah musibah besar bagi seluruh umat, khususnya umat Islam. Sosok yang sangat santun ini, semasa hidupnya, selalu menyampaikan dakwah dengan damai, lembut, dan santun. Menjadi kenangan tersendiri ketika seseorang yang dicintai karena keilmuannya, kemudian wafat atau pergi untuk selama-lamanya.
Syekh Ali Jaber adalah ulama kharismatik. Sebagai seorang ulama, sosok imam yang selalu menjadi panutan, menjadi sebuah kehilangan besar ketika harus wafat dalam waktu yang sangat cepat. Ulama adalah seseorang yang menjadi mercusuar di tengah-tengah umat, menjadi obor kehidupan dan menjadi penunjuk arah menuju jalan kebenaran. Kepergiannya adalah musibah besar dalam kehidupan sosial bermasyarakat.
Ulama adalah pewaris para nabi. Sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw, “Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu maka barangsiapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.” (Hadits ini diriwayatkan Al-Imam At-Tirmidzi).
Selain Syekh Ali Jaber, ulama yang wafat di awal tahun 2021 ini adalah Syekh Habib Jakfar Al-Kaff dan KH Nadjib Abdul Qadir. Menurut dai kondang Gus Miftah, kepergian ulama yang sejak tahun sebelumnya berjumlah sekitar 300 ulama, membuat kita berdebar dan terenyuh. Karena, wafatnya para ulama menandakan dicabutnya ilmu pengetahuan (agama) yang menjadi pilar pengokoh kehidupan.
Eksistensi Ulama
Ibnu Katsir dalam sebuah syair di tafsirnya mengatakan, “Bumi akan hidup selama ulamanya hidup. Ketika ulamanya meninggal, maka akan mati satu kepingannya. Seperti yang hidup ketika hujan turun menyapanya. Jika hujan tak kunjung datang, maka permukaan bumi akan hancur.” Pernyataan ini sebagai metafor akan eksistensi ulama dalam kehidupan. Ulama adalah suluh kehidupan sosial yang akan terus memberikan perlindungan dengan ilmu dan kedekatannya (taqarrub) kepada Allah.
Ayyub As-Sikhtiyani seorang pembesar tabi’in, juga menjelaskan, “Mengungkapkan pedihnya perasaan ditinggal seorang ulama bagaikan bagian tubuh yang terpotong. Ketika dikabarkan kepada saya tentang meninggalnya seorang dari Ahlussunnah seolah saya merasa kehilangan anggota tubuh.”